sug_rwuh

Senin, 21 Juni 2010

krupuk oseg

Krupuk khas kendal adalah krupuk useg atau krupuk tayamum. Istilah ini dikenal karena cara menggorengnya bukan dengan minyak goreng tapi dengan pasir halus (wedhi ) dengan diuseg-useg. Karena tidak basah/kering dan dengan pasir layaknya orang berwudlu tayamum maka dikenal pula kerupuk tayamum.
Industri kerupuk merupakan bagian dari industri kecil yang ada di Kabupaten Kendal. Ketika terjadi krisis ekonomi, industri kecil kerupuk di Kabupaten Kendal mampu bertahan bahkan berkembang cukup baik dan menggembirakan. Hal ini terlihat dengan adanya pertumbuhan unit usaha dan penyerapan tenaga kerja. Melihat kondisi sekarang ini industri kecil kerupuk yang potensial untuk berkembang adalah industri kecil kerupuk di Desa Sarirejo, Protomulyo, Krajan kulon Kec. Kaliwungu, Kelurahan Kebondalem, Langenharjo, Tunggulsari dan Sijeruk Keca-matan Kota Kendal, Desa Gemuh Blanten Kecamatan Gemuh, Desa Boja Kecamatan Boja, Desa Kertosari Kecamatan Singorojo, Desa Lanji, Sukolilan dan Kebonharjo Patebon, Desa Karangsuno - Cepiring, dan Desa Parakan Sebaran Kecamatan Pageruyung.

Sebagai bahan baku kerupuk adalah tepung tapioka, tepung terigu, ada juga bahan baku dari tepung rembulung. Di sentra kerupuk di Kecamatan Kaliwungu biasanya pengrajin mencampur dengan berbagai cita rasa aroma seperti manis gurih dan sedikit aroma udang maupun petis.
Industri kecil pembuatan kerupuk sebagian besar dikelola secara tradisional oleh ibu-ibu rumah tangga/home industri. Kualitas produk kerupuk di sentra-sentra ini masih perlu ditingkatkan lagi agar mampu bersaing dengan produk sejenis dari daerah lain. Adapun jenis produksi kerupuk yang dihasilkan antara lain kerupuk udang, kerupuk coklat (kerupuk rembulung), kerupuk petis, dan kerupuk goreng pasir.

Rabu, 16 Juni 2010

LUNPIA



Sejarah berdirinya dinasti “Loenpia Tjoa-Wasi” diawali dengan adanya persaingan keras antara Tjoa Thay Joe dengan mbok Wasi. Tentu saja persaingan dalam hal memasarkan dagangan lunpia masing-masing. Keduanya adalah pedagang lunpia kenamaan pada abad ke-19.
Tjoa Thay Joe adalah seorang cina totok berasal dari Fu Kien. Dia menyajikan lunpia dengan rasa sesuai daerah asalnya yakni Hokkian. Sedangkan mbok Wasi, wanita semarang asli, menyajikan lunpia yang rasanya sesuai dengan lidah semarang, yakni nada rasa masing-masing asing. Karena kerasnya persaingan itu, keduanya berlomba meningkatkan mutu barang dagangannya masing-masing. Namun perkembangan selanjutnya sungguh tak terduga.
Tiba-tiba saja Tjoa Thay Joe datang pada mbok Wasi dengan tujuan meminang saingan beratnya itu. Tiada disangka rupanya gayung bersambut, mbok Wasi menerima lamaran.
Setelah persaingan dikompromikan dengan perkawinan, selanjutnya resep lunpiapun dipertemukan dalam racikan. Tjoa dari Cina menggunakan babi dan rebung sebagai bahan pembuatan lunpia, sedangkan mbok Wasi dari Semarang menggunakan sayuran (rebung, kol, wortel), telur dan udang. Hasilnya lahirlah lunpia generasi baru yang merupakan perpaduan rasa Hokkian dan Semarangan. Lunpia era anyar inilah yang menjadi cikal bakal lunpia Semarang yang terkenal sampai sekarang dan tentunya daging babi sudah tidak masuk dalam bahan pembuatan lunpia lagi. Resepnya yang terambil dari kekuatan cinta.
Pada masa kejayaan Tjoa-Wasi, para penggemar Lunpia harus menunggu dulu apabila mereka ingin membeli makanan tersebut. Sebab lumpia masih dijajakan dengan gerobak dorong.
Sistem itu diteruskan oleh anak dan menantu mereka yang merupakan generasi ke-2 dari dinasti loenpia Tjoa-Wasi, yaitu Tjoa Po Nio dan Siem Gwan Sing. Ketika Tjoa Thag Joe meninggal pada tahun 1930, kendali perusahan beralih tangan pada penerusnya.
Sementara Mbok wasi yang menjanda dalam usia 64 tahun hanya bertindak sebagai penasihat saja. Terutama dalam pengolahan lunpia. Cukup lama dia mampu bertahan selama 26 tahun. Pada tahun 1956, pada usianya yang ke-90 tahun, Mbok Wasi meninggal dunia.
Tjoa Po Nio dan suaminya yang mempertahankan resep asli dari orang tua mereka. Resep itulah yang mereka pertahankan dan lestarikan sebagai warisan dari nenek moyang.
 Bahan :
• Terigu
• Santan
• Rebung
• Telur
• Udang
• Ikan kering
• Bawang merah
• Gula
• Garam
 Cara Pembuatan :
Kulit Lunpia
Santan dimasak terlebih dahulu kemudian diberi sedikit garam
Lalu tepung terigu dan santan, dicampur jadi satu kemudian setelah adonan itu jadi baru kemudian dibuat lembar-lembaran kulit lunpia tersebut
 Isi Lunpia
 Rebung dicuci, direbus.
 Setelah direbus tetap dimasak lagi dicampur dengan telor, udang dan ikan kering
 Adonan/campuran dari rebung, telor, udang dan ikan kering tadi diletakkan di atas lembaran kulit lunpia. Gulung-gulung, tiap ujungnya dilipat. Untuk lunpia basah, setelah digulung-gulung dan ujungnya dilipat, sudah bias untuk disajikan, sedangkan untuk lunpia goreng, setelah digulung-gulung dan ujungnya dilipat, goreng pada minyak panas hingga berubah warna menjadi kecoklatan.
 Saosnya
 Gula Jawa
 Gula Pasir
 Tambahannya
 Acar
 Cabe rawit
 Daun bawang

Senin, 14 Juni 2010

WINGKO BABAD


Wingko babad, dari namanya orang akan segera berfikir ini adalah makanan khas dari babad, kota kecil di Jawa Timur. Awalnya seorang wanita Tionghoa kelahiran Tuban bernama Loe Lan Hwa bersama suaminya The Ek Tjong alias D.Mulyono beserta kedua anaknya mengungsi dari Kota Babad ke Semarang. Sejak kepindahannya ke Jawa Tengah menjelang tahun 1946, mulailah dicobanya untuk memperkenalkan penganan resep keluarganya itu di Semarang.
Merekalah cikal bakal pembuat wingko babad di Semarang (Wingko Babad cap Kereta Api) yang akhirnya sampai saat ini menjadi salah satu makanan khas Semarang.
Berbeda dengan wingko yang ada di kota Babad, wingko yang diproduksi dan dijual di Semarang dibuat dalam ukuran kecil, karena dirasa lebih praktis “cukup untuk sekali santap”. Demi mempertahankan rasa dan kualitasnya, mutu bahan baku mendapat perhatian khusus. Dan agar aman dan sehat untuk dikonsumsi, maka diputuskan untuk tidak menggunakan zat pengawet, zat pewarna, gula buatan, maupun penguat rasa (essence).
Saat ini, wingko tersedia dalam berbagai macam rasa. Antara lain rasa coklat, pisang, durian, nangka, dll.
BAHAN-BAHAN:
Tepung Ketan 125 g
Garam halus ½ sdt
Gula Pasir 100 g
Vanili bubuk ¼ sdt
1 Kelapa setengah tua, kupas, parut memanjang
Air hangat 100 ml

CARA MEMBUAT :
1. Campur tepung ketan dengan kelapa parut, garam dan vanili bubuk, aduk rata.
2. Campur air hangat dengan gula pasir, aduk hingga larut.
3. Tuangkan larutan gula kedalam adonan
4. Dicetak, Taruh di loyang alasi dengan daun pisang, masukkan dalam oven selama 10 menit, angkat dan siap disajikan.

Senin, 07 Juni 2010

ciri folklore

Adapun ciri-ciri folklor tersebut adalah : pertama, penyebaran dan pewarisannya biasanya secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut terkadang dengan gerak isyarat; dari generasi satu ke generasi berikutnya, jadi bukan melalui cetakan, rekaman atau media elektronik lainnya. Proses pewarisan ini berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, ia bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau bentuk baku. Ketiga, ia ada dalam bentuk versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini karena cara penyebarannya yang secara lisan tadi, sehingga oleh proses lupa diri manusia folklor dapat dengan mudah mengalami perubahan. Walaupun demikian seringkali perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.

Keempat, ia bersifat anonim, yakni nama penciptanya sudah tidak dikenal lagi, sehingga menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Dalam hal ini setiap anggota kolektif yang bersangkutan boleh merasa memilikinya. Kelima, ia berfungsi bagi pendukungnya, misalnya untuk membela diri, atribut untuk menunjukkan identitas, sebagai hiburan, sebagai alat pendidikan dan lain sebagainya.

Keenam, ia bersifat pralogis, dalam arti mempunyai sistem logika sendiri, yang tidak sesuai dengan logika Aristotelian. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan. Ketujuh, pada umumnya folklor bersifat polos, spontan dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, bahkan porno, atau bersifat sara. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur sifat manifestasinya (Danandjaja, 1984:3-5).

Unsur-unsur kebudayaan yang mempunyai ciri-ciri khas itu, dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar yakni folklor lisan, folklor sebagian lisan dan folklor bukan lisan. Kelompok yang terakhir dapat dibagi menjadi dua sub kelompok lagi yakni yang material dan yang non material (Danandjaja, 1984:21).

Kesenian Rakyat



Seni adalah hasil karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.Di jaman serba modern ini bentuk seni telah memiliki banyak perkembangan dan berbagai macam bentuk aliran ,pandangan dan pengertian.
Dalam berwawasan seni mesti memiliki penentuan pandangan,sikap,pendekatan untuk memahami dan mengerti tentang prinsip-prinsip berkesenian terhadap sebuah karya seni.
Definisi pengertian seni berasal dari istilah sebuah kata art(latin) yang berarti kemahiran/keahlian,di indonesia di ungkapkan sebagai pemujaan terhadap sesuatu dan dalam bahasa jawa di sebut dengan rawit yang berarti ruwet.
Pandangan pengertian seni menurut Ki hajar dewantara adalah segala bentuk perbuatan yang timbul dari perasaan dengan sifat indah yang menggerakan jiwa perasaan,dalam pandangan Ahdian seni merupakan kegiatan rokhani yang merefleksikan realitas ke dalam suatu karya yang memiliki bentuk dan isi untuk membangkitkan pengalaman-pengalaman tertentu ke dalam rokhani para penerima,sedangkan plato reuseu berpendapat bahwa seni tercipta dari hasil peniruan bentuk alam dengan segala seginya,dengan berbagai macam pengertian dan pandangan seni ini dapat di simpulkan seni merupakan suatu perwujudan sebuah bentuk dari hasil cipta-karya-rasa manusia yang di tuangkan dalam bentuk tiruan benda,keadaan alam dan kehidupanya.
Seni terbagi menjadi dua macam bentuk di antaranya : Seni Primitif dan Seni Klasik.
Seni primitif lahir dari bentuk kebudayaan awal suatu adat yang belum mendapat dari luar,seni primitif berpedoman pada aturan-aturan adat dan kaidah yang di wariskan secara turun-temurun.
Seni klasik yaitu sebuah seni yang telah mengalami pengembangan dan penyempurnaan dengan mengolah kaidah sebelumnya.
Dalam perkembanganya seni terbagi dalam dua jenis yaitu seni murni dan seni pakai,seni murni merupakan hasil karya seni yang dapat di nikmati secara langsung,hasil seni ini dalam di nikmati dalam bentuk patung,lukisan,musik,tari dan masih banyak seni-seni lain yang dapat di nikmati secara langsung tanpa menggunakan perantara,sedangkan seni pakai adalah sebuah hasil karya cipta yang sengaja di buat memiliki manfaat bagi kehidupan para pemakai,hasil seni ini di buat untuk mendukung kepentingan/kebutuhan hidup sehari-hari sebagai perlengkapan perabot rumah tangga,busana dan hasil karya lai yang di cipta untuk mendukung kepentingan kebutuhan.
Seni di cipta untuk di nikmati berdasarkan fungsi dan kegunaanya,untuk menikmati sebuah seni di perlukan pengertian terhadap seni itu sendiri,para pujangga berkata Tak Kenal Maka Tak Sayang, maka mengenal dan mengerti seni di butuhkan untuk dapat menerima dan menikmati seni, agar seseorang dapat menilai, menghargai, memanfaatkan dan menempatkan sebuah hasil karya seni dengan tepat sesuai fungsi dan kegunaanya untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan tujuan dan maksud terciptanya sebuah hasil karya seni itu sendiri.
Kesenian rakyat adalah sebuah kesenian yang tumbuh di lingkungan masyarakat pedesaan berlatar belakang sebuah tradisi adat dan budaya yang di wariskan secara turun temurun. Kesenian rakyat telah mengalami banyak perkembangan karena adanya kesadaran masyarakat akan seni dan berkesenian hingga membuahkan karya kesenian rakyat baru dari hasil kreatifitas anggota masyarakat. Seperti halnya sebuah kesenian.

Ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak)



Ketoprak adalah sejenis seni pentas yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan.
Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil cerita dari luar negeri. Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari repertoar cerita epos (wiracarita): Ramayana dan Mahabharata. Sebab nanti pertunjukkan bukan ketoprak lagi melainkan menjadi pertunjukan wayang orang.Cerita ketoprak sering diambil dari kisah zaman dulu (sejarah maupun dongeng), dan bersifat menyampaikan pesan tertentu. Sementara ludruk menceritakan cerita hidup sehari-hari (biasanya) kalangan wong cilik.

ludruk


Ludruk, merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas, meski terkadang ada bintang tamu dari daerah lain dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir angkotan, etc).

Dagelan



Dagelan adalah pertunjukan lawak yang lucu. Kesenian ini bersifat humoris atau menghibur dengan cerita-ceritanya yang lucu dan menggelitik. Kesenian ini biasanya ditanggap pada saat ada acara kondangan atau nikahan. Dagelan juga terdapat dalam babak ketoprak

Wayang Kulit



Wayang kulit yang ada di Salatiga juga berbentuk seperti wayang pada daerah-daerah di Jawa tengah lainnya. Ceritanya juga meliputi Mahabarata, Ramayana, Pandawa-Kurawa.Wayang kulit disajikan dengan diiringi gamelan lengkap dengan waranggana. Untuk cerita wayangnya akan dibawakan oleh dalang, biasanya wayang kulit ini disajikan semalam suntuk sampai fajar menyingsing.

Reog



Kesenian reog ini sama sama dengan kesenian Reog dari Ponorogo, akan tetapi topeng Reog yang digunakan lebih kecil. Reog ini merupakan gambaran dari bibnatang yang berkepala singa bdan berbadan burung merak yang menggambarkan kekuatan yang besar.

Kepercayaan Rakyat



Kepercayaan takyat sering juga disebut takhayul, adalah sejenis mitos yang beredar di masyarakat secara turun- temurun, dan sebagian besar ceritanya dipercaya. Takhayul mencakup bukan saja kepercayaan, melainkan juga kelakuan, pengalaman-pengalaman, ada kalanya juga alat,biasanya juga ungkapan serta sajak (Brunvand, 1968:178).
Takhayul termasuk ke dalam folklore karena merupakan semacam ungkapan tradisional, akan tetapi takhayul berbeda dengan ungkapan tradisional lainnya(seperti bahasa rakyat, peribahasa, teka-teki, sajak,dsb). Takhayul berdasarkan asumsi atas kesadaran atau bukan kesadaran mengenai syarat-syarat dan akibat-akibat dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun asumsi itu tidak ilmiah, aspek kepercayaan takhayul dan aspek perbuatan takhayul sangat luas persebaranya di semua lapisan masyarakat (Brunvand, 1968:178).
Takhayul ini masih banyak dipercayai banyak masyarakat Semarang. Dari observasi yang telah kami lakukan di eks karisidenan semarang ini kami telah mendapatkan beberapa takhayul seperti :

takhayul

 Di dukuh Gribigan di daerah Demak, ada desa yang apabila pejabat lewat situ, ia akan mati atau paling tidak jabatannya turun. Sama di desa Mijen Banteng mati. Sampai sekarang tidak ada yang berani lewat situ. Namun ada juga yang mengacuhkannya. Akan tetapi warga di desa itu sering memberi sesaji agar tidak ada kejadian buruk.

 Di Mutih kulon ada sumur yang dipercaya sakti di dekat Jepara. Dipercaya meyembuhkan sakit penyakit , bisa membantu menambah kekuatan. Banyak masyarakat yang memberikan sesaji juga. Bagi yang kurang percaya kadang mengalami sakit.

 Di desa Ngawen tiap mau menanam padi harus nanggap wayang, kalau tidak , ada perempuan yang datang dan hasil panen kurang memuaskan.

 Di Karanganyar Demak ada cerita anak muda mudi yang meninggal karena terlindas kereta api ,arwahnya menghantui sekitar tempat itu.

 Takhayul atau kepercayaan masyarakat setempat adalah bambu sate. Yaitu bamboo tetapi daunnya berbau sate. Menurut masyarakat setempat, pada waktu dulu ada orang yang menancapkan tusuk sate pada tanah tersebut. Kemudian tusuk sate tersebut tumbuh menjadi pohon bambu yang daunnya berbau sate (prengus).

 Di Desa Bejalen Ambarawa, ada takhayul pada saat diadakan Upacara ngekol, yaitu tidak boleh mengambil sesaji apapun yang ada di dalam prosesi upacara sebelum doa dibacakan oleh juru kunci,walaupun sesaji itu nantinya akan diperebutkan. Warga boleh mengambil sesaji itu setelah upacara selesai, karena kalau warga mengambilnya sebelum upacara selesai orang yang mengambil itu akan menjadi gila.

 Masyarakat mempercayai sebuah takhayul yang menyebutkan bahwa bila ada tamu yang terlalu lama bertamu dan tidak mau segera pulang, maka dapat dipaksa pergi dengan jalan membawa(secara tersembunyi) sebuah alat ulegan (munthu) dihadapanya. Bila hal itu dilakukan maka tamu tersebut akan pulang dengan sendirinya.

 Masyarakat mempercayai bahwa ada hantu yang disebut wewe gombel, yaitu hantu wanita yang suka mengambil pakean dalam yang dijemur dan pada malam hari belum diangkat.

 Di kecamatan Plantungan, Kendal, masyarakat mempercayai apabila dipagi hari berbicara kepada orang lain dan membicarakan hal-hal yang bersifat jelek, maka pembicaraan tersebut akan terjadi. Misal; mengeluh tentang pekerjaan yang membuat malas, kelak hari itu pula akan malas terus dan enggan melakukan apa-apa.

 Di kecamatan Sukorejo, Kendal, masyarakat sekitar mempunyai pantangan jika tidur di tengah pintu, maka akan di beri mimpi buruk atau didatangi makhluk halus.

 Di Kecamatan Plantungan, Kendal, masyarakat percaya jika ada orang yang tidur dengan badan membujur ke utara seperti posisi orang meninggal maka dia akan membujur kaku dan didatangi pocong.

 Di Kecamatan Gunungpati, masyarakat disekitar percaya jika ada jago berkokok sebelum pukul dua belas atau wayah sore ada wanita yang hamil sebelum menikah.

 Di Lawang Sewu Semarang, orang disekitar percaya kalau mengambil foto di sekitar Lawang Sewu tidak boleh bertiga atau berjumlah ganjil, konon akan digenapi oleh makhluk halus.
2. Tari Kuda Debog
Tari kuda debog merupakan tarian khas dari daerah Keji, di daerah Ungaran. Dulunya tarian ini merupakan permainan anak-anak setempat. Kerena pada waktu itu orang tua tidak mampu membelikan mainan, sehingga anak-anak mengambil pelepah daun pisang untuk dijadikan kuda-kudaan dan ditarikan. Tarian ini hampir sama dengan tarian kuda lumping. Hanya yang dijadikan kudanya adalah debog (pelepah pisang).
3. Tarian Keprajuritan
Tarian keprajuritan merupakan tarian yang dimainkan oleh para laki-laki dewasa dengan jumlah pemain bebas. Tarian keprajuritan banyak berkembang di Semarang. Di daerah Ambarawa, keprajuritan disebut juga dengan Soreng, sedangkan di daerah Salatiga disebut dengan Reog. Tarian ini menggunakan kostum prajurit keraton. Tari keprajuritan melambangkan kegagahan dan keberanian seorang prajurit yang sedang berlaga. Gerak tariannya diiringi dengan kempul dan gong. Pada saat tari dipentaskan, ada salah seorang penari yang menjadi pemimpin dalam tarian itu yang membawa peluit yang pada saat-saat tertentu akan ditiup. Dengan ditiupnya peluit tersebut menandakan pergantian gerakan. Pada zaman sekarang tarian ini dimainkan semata-mata untuk hiburan. Biasanya dipentaskan saat warga mengadakan hajatan atau peringatan hari-hari tertentu.

Gb. Tarian Keprajuritan
4. Tarian Kuda Blarak
Tarian ini hampir sama dengan tari kuda lumping, tapi yang menjadi ciri khas adalah kuda yang digunakan untuk menari terbuat dari daun kelapa (blarak). Kuda blarak ini hanya ada di desa Bejalen kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Yang memainkan adalah anak laki-laki. Tarian kuda blarak ini tercipta atas ide kepala dinas kebudayaan dan pariwisata setempat untuk menghidupkan kesenian yang ada di desa Bejalen sejak zaman dahulu. Dulunya anak-anak bejalen biasa mengambil daun kelapa atau blarak untuk bermain kuda-kudaan. Daun kelapa yang masih ada pelepahnya dianyam sehingga membentuk seperti kuda kepang, kemudian dimainkan bersama-sama. Dulu saat memainkannya tidak disertai dengan iringan music, namun hanya dengan nyanyian atau celoteh anak-anak tersebut. Sekarang kuda blarak sudah menggunakan iringan music bila ingin memainkannya.

Gb. Tarian Kuda Blarak
5. Tari Warak Dugder
Menjelang datangnya bulan suci ramadhan, di kota Sedmarang selalu diadakan tradisi Dugderan . dimana tradisi tersebut berasal dari kata Dug dan Der. Dug adalah suara bedhug yang ditabuh atau dipukul oleh Adipati Semarang, sedangkan Der dari suara meriam yang dibunyikan sebagai tanda dimulainya bulan suci ramadhan. Dan saat itulah masyarakat mengadakan arak-arakkan keliling kota dengan menampilkan warak yaitu boneka hewan rekaan beserta manger, serta adanya kerajinan dan mainan gerabah dari tanah liat. Hadirnya tari warak dugder adalah sebagai seni pertunjukan rakyat dengan gerak dan iringan semarangan, serta unsure garap yang terilhami dari berbagai etnis yang bermukim di kota Semarang seperti budaya Cina, Islam, Jawa dan kondisi alam seperti pantai, pegunungan, perniagaan serta berbagai peristiwa budaya lain yang hidup dan berkembang di kota Semarang.

Gb. Tarian Warak Dugder
6. Tari Denok Deblong
Tari denok deblong dalam kehadirannya merupakan nama dari sebuah tari gaya semarangan versi greget, yang terilhami oleh keberadaan alam kota Semarang yang memiliki pegunungan, perkotaan serta pantai dengan berbagai pengaruh kebudayaan baik dari Cina, Islam, Portugis, dll, seni klasik serta peristiwa budaya masyarakat Semarang, baik tata gerak rias dan busana. Denok yang berarti sebutan khas bagi remaja putrid kota Semarang, sedangkan Deblong adalah kata yang diucap oleh ibu atau biyung kepada anak perempuan ketika ditimang. Bermakna baik, yaitu tentang kecantikan, kepandaian dan sebuah harapan agar momongannya jadi putri yang berbakti kepada orang tua, agama, bangsa dan negaranya.
7. Tari Satria Yaksa
Bentuk tari klasik Jawa Tengah ini diangkat dari salah satu fragmen pada pertunjukkan wayang orang yang mengisahkan tentang perjalanan seorang satria ketika bertemu dengan raksasa atau cakil dimana hal tersebut merupakan sebuah penggambaran tentang tujuan baik kadang harus menghadapi berbagai rintangan dan hambatan yang harus teratasi. Dalam sajiannya, tarian ini sebagai patuladan bahwa sifat yang baik selalu unggul dari kedengkian dan kejahatan.
8. Tari Kuda Lumping
Yaitu tarian dengan menggunakan kuda dari kepang (bambu) yang diiringi oleh alat music gamelan. Tarian ini terdapat di seluruh eks karisidenan Semarang.
9. Tari Gambang Semarang
Tarian ini merupakan jenis tarian yang baru yang berkembang di Semarang.
Tarian ini biasanya ditarikan oleh pasangan muda-mudi. Gerak tarinya bersifat spontan dan menampilkan improvisasi dari para penarinya. Terdapat unsure kecinaan dalam tarian ini.laras gamelanya hamper sama dengan laras slendro yang telah dimodivikasi. Instrument yang digunakan antara lain kendang ketipung, boning barung, kempul, kecrek, rebeb, suling, trompet. Gambang semarang berfungsi sebagai tari pergaulan untuk hiburan pada waktu pesta perkawinan atau acara pesta lainya.
10. Tari Bedhaya Tunggal Jiwa
Tari Bedhaya Tunggal Jiwa adalah salah satu tarian yang turut memeriahkan acara grebeg besar di Kabupaten Demak. Disajikan sebelum acara penjamasan dan sesaat setelah laporan Lurah Tamtama kepada Bupati. Jumlah penari sembilan orang wanita, dihubungkan dengan simbol jumlah sembilan wali di Jawa, selain itu juga berkaitan dengan makrokosmos dan mikrokosmos ( alam raya dan isinya ). Tari Bedhaya Tunggal Jiwa ini dipentaskan dalam waktu kurang lebih 15-20 menit.
Tari Bedhaya Tunggal Jiwa hanya berperan untuk memberikan warna baru dan sebagai aset pariwisata. Sehingga fungsi dari Tari Bedhaya Tunggal Jiwa adalah sebagai upaya pengembangan yang diharapkan dapat menopang kebudayaan tradisonal. Sedikit penjelasan tersebut diatas dapat kita ketahui bawa tari Bedhaya Tunggal Jiwa mengalami proses yang sama, yaitu adanya perkembangan – perkembangan dalam setiap kali pementasan. Dari perkembangan tersebut mengakibatkan adanya perubahan yang mempunyai pengertian menuju ke arah kemajuan ataupun kualitas dari hasil kreatifitas seni. Perkembangan yang ada ini tidak hanya pada perkembangan struktur gerak namun lebih pada ide pokok pemikiran yang pada akhirnya akan dapat membawa nama baik maupun identitas dari masyarakat Demak. Melalui perkembangan ini dimunculkan nama, bentuk, warna kostum dan pola lantai maupun hitungan alur gerak. Sehingga tersusunlah nama tari yang dulunya dari Bedhaya Tunggal Jiwa menjadi Bedhaya Santi Mulyo. Dimana tarian tersebut sama sekali tidak terkait dengan proses ritual yang tradisi namun lebih mengacu pada nilai – nilai yang terkandung dalam proses ritualitas masyarakat Demak khususnya acara Grebeg Besar di Demak.
Dari beberapa aspek tersebut terdapat suatu fenomena yang menarik untuk mengungkap proses kreatif yang mempengaruhi munculnya penciptaan Bedhaya Tunggal Jiwa. Tarian tersebut muncul sebagai akibat dasar atas adanya kesepakatan masyarakat di Demak. Dimulai dengan munculnya tari/ beksan Srimpen yang dibawakan oleh empat penari wanita dengan serangkaian bentuk gerak sederhana, terdiri dari maju beksan, beksan, dan mundur beksan. Gerak – gerak yang dipakai diambil dari gerak tari tradisi gaya Surakarta dan Yogyakarta, seperti misalnya sembahan, laras sawit, golek iwak, lung manglung, engkyek, sekar suwun, lincak gagak, lembehan, ridhong sampur. Tari Srimpen memiliki keunikan tersendiri yaitu dengan menggunakan tasbih berukuran besar warna hitam sebagai properti. Tasbih tersebut dipakai saat beksan peperangan. Maksud yang disampaikan yaitu sebagai simbol bahwa Demak merupakan salah satu kota yang bisa disebut menjadi kota Wali. Hal tersebut terbukti dari lika- liku perjuangan Wali Sunan Kalijaga saat menyebarkan agama Islam di Kabupaten Demak.
Tari Srimpi/Srimpen ini ditampilkan pada Grebeg besar tahun 1986 sampai pada dua tahun berikutnya yang kemudian jumlah penari ditambah menjadi sembilan penari wanita. Sejak saat itulah tari srimpi berubah nama menjadi tari Bedhaya TunggalJiwa.
Tari Bedhaya Tunggal Jiwa hadir dalam Grebeg Besar dan sesuai dengan tujuan penyusunan tari ini untuk memberikan warna baru dalam Grebeg Besar Demak. Gerak dan karakter yang dibawakan oleh penari adalah sama dan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Disertai dengan motif gerak peralihan srisig, kengser, sindhet, ukel karno dan lain sebagainya. Rias wajah yang digunakan yaitu rias cantik dengan kostum dodot alit. Tari Bedhaya Tunggal Jiwa dalam penyajiannya tetap menggunakan tasbih sebagai properti disamping sebagai simbol alat berdzikir bisa juga sebagai alat penangkal bala atau godaan setan.
11. Tari Jipin
Jipin bergandengan dengan rebana jumlah menurut situasi tempat. Berfungsi sebagai komunikasi dengan masyarakat. Dilakukan saat ada perayaan, sunatan, sedekah bumi. Dilakukan oleh remaja masjid.
12. Tari Bondan
Tari Bondan adalah tarian yang menggunakan boneka dan payung, tarian ini menggambarkan seorang ibu yang sedang menggendong dan merawat ‘ngemi-ngemi’ anaknya.
Tari Gendot
Tari gendot merupakan salah satu tarian khas di kabupaten Kendal, tepatnya di desa manggungmangu kecamatan Plantungan. Di daerah ini tarian gendot dilakukan ketika ada upacara-upacara adat tertentu dan pesta-pesta. Seperti ketika upacara Nyadran Deso, dalam upacara ini tarian Gendot disajikan bertujuan untuk menghormati roh leluhur atau roh penunggu di tempat-tempat tertentu di kecamatan Plantungan. Tarian ini juga diadakan ketika pesta-pesta, seperti pesta pernikahan. Di dalam pesta pernikahan, tarian disajikan setelah upacara pernikahan selesai. Tepatnya sebagai hiburan para tamu undangan dan keluarga.
Tari gendot terdiri dari 3 atau lebih penari, penari disini semuanya wanita. Dalam tarian ini diiringi gamelan sederhana yang dimainkan oleh 3 atau lebih orang. Selain upacara dan pesta-pesta, tarian ini juga dapat dijadikan sebagai lahan pendapatan masyarakat di desa Manggungmangu kecamatan Plantungan. Pada waktu-waktu tertentu, sekelompok penari berjalan mencari seorang yang mau membayarnya. Dalam hal ini penari hanya memberikan paket jam. Setelah paket habis, penari beserta kelompoknya mencari orang lagi yang mau nanggap.

tarian

1. Tari Pesisiran

Tari pesisiran ampir di seluruh eks karesidenan Semarang Tarian ini dimainkan oleh remaja putri dan putra yang jumlahnya bebas. Dahulu dimainkan disaat terang bulan purnama tatkala bersuka ria penuh keriangan dan kegembiraan dengan iringan lagu pesisiran. Tarian ini merupakan bentuk perpaduan dari berbagai kesenian rakyat yang ada di daerah Jawa tengah beserta unsure gerak maupun iringannya. Dalam kehadirannya banyak dipengaruhi oleh seni gaya Banyumasan dan wilayah pesisir pantai termasuk gaya semarangan. Dalam penampilannya, kehadiran kain batik dan baju kebaya beserta aksesoris kerajinan Jawa Tengah merupakan kelengkapan yang dikenakan oleh penari, tak lupa juga tata rias yang cerah dan mempesona.

OBSERVASI FOKLOR NON LISAN

Semarang adalah ibu kota dari propinsi Jawa Tengah. Termasuk salah satu kota besar di Indonesia. Banyak sekali kekayaan folkore yang terdapat di wilayah Eks-karesidenan Semarang (termasuk di dalamnya daerah Semarang, Demak, Kendal, Salatiga). Di sini kami akan membahas mengenai macam-macam folklore non-lisan yang ada di Eks-karesidenan Semarang. Dengan tujuan supaya folklore-folklore tersebut dapat terinventarisasi dengan baik dan tidak hilang ditelan waktu.

Permainan Rakyat



Setiap bangsa di dunia ini mempunyai permainan rakyay. Kegiatan ini juga termasuk folklore karena diperoleh melalui warisan lisan. Hal ini terutama berlaku pada permainan rakyat kanak-kanak, karena permainan ini disebarkan hamper murni melalui tradisi lisan dan banyak di antaranya disebarluaskan tanpa bantuan orang dewasa seperti orang tua mereka atau guru sekolah mereka.
Permainan rakyat di dunia ini untuk orang dewasa maupun untuk anak-anak, biasanya berdasarkan gerak tubuh seperti lari dan lompat atau berdasarkan kegiatan social sederhana seperti kejar-kejaran, sembunyi-sembunyian dan berkelahi-kelahian atau berdasarkan matematika dasar atau kecekatan tangan seperti menghitung dan melempar batu ke suatu lubang tertentu atau berdasarkan keadaan untung-untungan seperti main dadu (Brunvand,1968:227).
Berdasarkan perbedaan sifat permainan, maka permainan rakyat (folk games) dapat dibagi dua golongan besar, yaitu permainan untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (game). Perbedaan permainan bermain dan permainan bertanding adalah bahwa yang pertama lebih bersifat untuk mengisi waktu senggang atau rekreasi, sedangkan yang kedua bersifat kurang mempunyai sifat itu. Namun yang kedua hamper selalu mempunyai lima sifst khusus, seperti terorganisasi, perlombaan,harus dimainkan palinh sedikit oleh dua orang peserta, mempunyai criteria yang menentukan siapa yang menang dan yang kalah, mempunyai peraturan permainan yang telah diterima bersama oleh para pesertanya (Roberts, Arth, dan Bush, 1959:597).
Selanjutnya permainan bertanding dapat pula dibagi ke dalam permainan bertanding yang bersifat keterampilan fisik, permainan bertanding yang bersifat siasat, dan permainan bertanding yang bersifat untung-untungan (Roberth dan Sutton Smith, 1971:466).
Permainan rakyat yang berhasil kami temukan di eks karesidenan Semarang ini antara lain:

1. Bekelan
Bekelan merupakan permainan menggunakan bola karet dan biji-bijian yang terbuat dari kuningan. Cara bermainya adalah dengan melempar bola karet ke atas untuk ditangkap kembali setelah bola menyentuh tanah sambil sekaligus meraup beberapa butir kuningan yang ada di lantai.
Bekelan diminati dari anak-anak sampai usia SMP. Dari zaman dahulu sampai sekarang. Bekel dijual di pasar, di toko dan di penjual keliling. Biji-bijian sekarang ini diganti dengan bukur (kulit kerang kecil) dan tutup botol dalam jumlah yang sama.

2. Sudamanda
Merupakan permainan yang mengandalkan kelincahan gerak tubuh atau kaki. Karena dalam permainan ini yang paling dominan adalah lompatan kaki. Pertama-tama dibuat garis kotak-kotak di lantai. Tiap kotakan luasnya sekitar 40x40cm, dan dibutuhkan pecahan genting sebagai penanda setiap anak yang bermain. Cara bermainya pecahan genting dilempar ke dalam salah satu kotak, dan yang sedang mendapat giliran bermain harus melewayi setiap kotakan kecuali kotak yang ada pecahan gentingnya,dengan cara melompat-lompat.

3. Setinan (kelereng)
Di eks karisidenan Semarang setinan ada juga yang biasa menyebut dengan nekeran. Yaitu permainan anak dengan menggunakan kelereng. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak laki-laki. Bagi yang bisa mengenai, kelereng itu menjadi miliknya. Permainan ini cenderung musiman, kadang dilakukan di musim kemarau. Saat sore hari sepulang sekolah dan biasanya hingga malam hari.

4. Layangan
Sama seperti di daerah-daerah yang lain permainan layanan adalah bermain layang-layang, biasanya permainan ini dilakukan oleh anak laki-laki, namun bila sedang musim angin orang dewasa pun gemar memainkanya sebagai hiburan.
Laying-layang itu terbuat dari kertas yang mudah terbang, dan kerangkanya dari bamboo dan benang. Namun akhir-akhir ini ,layangan bisa dimodifikasi menurut kemauan pembuatnya. Dan sekarang tidak perlu ribet membuat, cukup membeli saja.
Biasanya anak-anak mengadakan perlombaan sendiri, barangsiapa bisa memutuskan tali layangan lawan, layangan yang telah diputus menjadi milik yang menang. Dan di eks karisidenan Semarang sendiri pernah mengadakan perlombaan layangan.

5. Plintengan
Plintengan adalah permainan dengan menggunakan ketapel, atau di daerah semarang biasa disebut plintheng. Plintheng digunakan untuk bermain perang-perangan atau untuk memburu burung atau hewan-hewan kecil lainya. Caranya yaitu dengan meletakkan batu atau biji-bijian yang keras sebagai peluru untuk ditembakkan dengan plintheng tersebut. Sasaran dari plintengan itu bermacam-macam, ada juga burung, mangga atau buah-buahan yang lainnya, juga ada yang menjadikan binatang-binatang dijadikan sasaran permainan mereka.

6. Yoyo
Permainan yoyo adalah permainan yang sudah tidak asing lagi dikalangan anak-anak. Yoyo adalah sebuah permainan yang terbuat dari kayu, berbentuk bulat dan di tengahnya diberi tali sehinnga kayu dapat diputar dan di naik turunkan. Gaya permainan yoyo pun bermacam-maccam. Ada yang digerakkan menyamping, ke atas bawah, ke depan belakang, tergantung pemainnya.
Yoyo pada masa sekarang ini sudah dapat dibuat dari bahan yang menarik dan ada juga yang diberi lampu, agar menarik hati.

7. Jamuran
Permainan jamuran hampir ada di semua daerah di Jawa Tengah. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak sambil menyanyikan lagu jamuran. Jamuran dilakukan oleh beberapa anak. Cara bermainnya yaitu beberapa anak tersebut mengkaitkan tangan–tangan mereka sehingga membentuk sebuah lingkaran dan salah satu anak ada yang berada di tengah-tengah. Setelah selesai menyanyikan lagu, anak yang berada di tengah menyebutkan salah satu jamur sesuai keinginannya. Kemudian anak-anak yang lain melakukan jamur apa yang diinginkan.

8. Thong-thong Bolong
Permaianan yang dilakukan oleh beberapa anak dengan tangan dikepal dan disusun ke atas. Dan salah satu anak menunjukkan jari telunjuknya ke kepalan tangan yang sudah disusun sambil menyanyikan lagu thong-thong bolong. Dan bila lagu sudah selesai, tangan yang paling bawah melepaskan kepalannya. Begitu seterusnya diulang lagunya sampai tangan yang paling atas.

9. Cublek-cublek Suweng
Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak. Salah satu anak telungkup sedangkan yang lainnya menaruh tangan mereka di atas punggung anak yang telungkup tadi sambil menyanyikan lagu cublek-cublek suweng. Dari beberapa anak yang main itu ada satu anak yang dalam kepalan tangannya terdapat batu. Disinilah anak yang telungkup menebak pada siapa batu itu berada. Jika tebakannya benar maka anak yang membawa batu itu yang harus menggantikannya, dan jika tebakannya salah maka anak tersebut terus bermain.

10. Patungan
Patungan sudah lazim dimainkan oleh anak-anak di berbagai daerah di Jawa Tengah. Cara memainkan permainan ini yaitu sebelumnya para pemain melakukan hompimpah terlebih dahulu. Bagi dia yang kalah, dia menghitung dari satu sampai sepuluh. Dalam hitungan kesepuluh anak-anak yang lain harus menjadi patung. Jika ada yang bergerak maka dia yang jadi.

11. Do mi ka do
Permainan yang dilakukan oleh beberapa anak minimal 2 anak. Dengan cara menepukkan tangan ke tangan teman yang lain secara berputar sambil bernyanyi do mi ka do. Pada saat lagu selesai di suku kata yang terakhir jangan sampai tangan terkena tepukan teman.

12. Jlumpet
Permainan jumplet tidak ditentukan berapa jumlah pemainnya. Sebelumnya anak-anak menggambar lingkaran di tanah. Di dalam lingkaran tadi ada beberapa pecahan genting. Anak yang mendapat giliran jaga bertugas menyusun genting tersebut menjadi gunungan. Anak yang lain bersembunyi selama anak yang bertugas menjaga menyusun genting. Setelah itu ia mencari anak-anak lain yang bersembunyi sambil menjaga susunan genting yang ia buat jangan sampai susunan tersebut dirobohkan oleh anak yang keluar dari persembunyian. Jika sampai ada anak yang berhasil merobohkannya maka ia bertugas menjaga lagi.

13. Dakonan
Permainan dakon dikenal sebagai permainan tradisional masyarakat Jawa sekalipun permainan ini dikenal juga di daerah lain. Pada masa lalu permainan ini sangat lazim dimainkan oleh anak-anak bahkan remaja wanita. Tidak ada yang tahu mengapa permainan ini identik dengan dunia wanita. Menurut beberapa pendapat karena permainan ini identik atau berhubungan erat dengan manajemen atau pengelolaan keuangan. Pada masa lalu (bahkan hingga kini) kaum hawa disadari atau tidak berperanan penting dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Dakon dianggap menjadi sarana pelatihan terhadap pengelolaan atau manajemen keuangan tersebut. Untuk kaum adam mungkin permainan semacam ini dianggap terlalu feminine, kurang menantang, tidak memerlukan kegiatan otot dan pengerahan tenaga yang lebih banyak. Jadi, barangkali dianggap terlalu lembut.
Pada saat sekarang permainan dakon ini boleh dikatakan tidak ada lagi. Anak-anak putri sekarang lebih tertarik bermain boneka Barbie, melihat sinetron, atau bermainn play station. Permainan dakon barangkali dianggap telah kuno, ketinggalan zaman, atau bahkan dianggap udik.


Umumnya permainan dakon pada zaman dulu dilakukan di pendapa, beranda rumah, atau di bawah pohon yang rindang dengan terlebih dulu menggelar tikar. Untuk memulai permainan yang melibatkan dua orang ini, keduanya akan mengundi atau ping sut untuk menentukan siapa yang jalan duluan.
Lubang pada papan dakon berjumlah 16 buah. Masing-masing sisi papan dakon terdapat 7 buah lubang dan 2 buah lubang di masing-masing pojokan/ujung papannya. Untuk memainkannya biasanya diperlukan biji-bijian untuk isian lubang-lubangnya. Umumnya biji yang digunakan untuk permainan ini adalah biji buah sawo. Mengapa biji buah sawo ? Jawabannya adalah karena tanaman sawo umumnya terdapat di hampir semua pekarangan (depan) rumah-rumah Jawa di masa lalu, khususnya rumah-rumah orang yang cukup mampu. Lebih-lebih rumah ningrat yang memiliki pendapa. Kecuali itu butiran biji sawo tidak terlalu kecil untuk dicomot. Permukaannya licin sehingga cukup mudah untuk diluncurkan dari genggaman sekaligus cukup mudah juga untuk digenggam telapak tangan. Selain itu, biji buah sawo yang dinamakan kecik itu secara visual memang tampak lebih eksotik (barangkali).
Untuk permainan dakon yang juga dinamakan congklak itu diperlukan 98 buah biji sawo. Masing-masing sisi dakon yang memiliki 7 buah lubang itu diisi 7 buah biji untuk masing-masing lubangnya. Jadi, masing-masing pemain memiliki 49 buah biji kecik yang siap dijalankan. Sedangkan lubang di bagian ujung (pojok) dakon dikosongkan untuk menampung sisa biji ketika permainan dijalankan.
Dengan permainan itu kita telah dilatih untuk terampil, cermat, sportif, jujur, adil, tepa selira, dan akrab dengan orang lain (teman).
Permainan dakon dilakukan menggunakan alat yang menyerupai lesung dan menggunakan biji-bijian atau batu kerikil.

14. Gobag Sodor
Bentuk Permainan terdiri dari 2 (dua) regu dengan jumlah pemain tiap regunya berjumlah 5 pemain dan 1 cadangan. Dengan fungsi tugas sebagai penjaga lini depan, penjaga lini tengah blkng, penjaga lini tengah, ragilan (penjaga lini belakang), sodor dan pemain cadangan. Permainan ini diawasi oleh 1 orang yuri dan 1 pembantu yuri. Boleh putra atau putri atau campuran.
Aturan permainan :
 Permainan.berlangsung 2 x 25 menit, dengan waktu jeda istirahat 5 menit
 Permainan dimulai dengan cara undi/suit, yang kalah jaga lini, kemudian yang bermain mulai mengatur strategi untuk masuk / melewati garis jangan sampai terpegang oleh penjaga lini, sampai lini paling belakang, kemudian kembali ke depan.
 Pemain jaga bebas bergerak didalam lininya (kekanan-kiri)
 Pemain bebas menentukan dari arah mana ia akan melewati lini masuk kearea bebas di depannya.
 Game diperoleh setelah salah satu pemain bisa melewati semua garis pertahanan kemudian kembali ke depan semua. Pemain tidak boleh kembali melewati lini depan sebelum semua teman pemain melewati lini pertama / masih di luar
 Score dihitung
Dikatakan berhenti ketika ada pemain yang bermain tertangkap oleh penjaga lini maupun penjaga sodor, dan mengakibatkan pergantian regu penjaga dan regu yang bermain.

15. Jirak Pentil
Bentuk Permainan beregu dengan jumlah pemain tak terbatas dan saling berpasangan,waktu bermain dibatasi 2x25 menit ditambah istirahat 10 menit. Pemain bisa diganti dengan cadangan maksimal 2 orang untuk tiap regu. Alat Permainannya yaitu, alat permainan kayu berbentuk lingkaran diameter 15 cm dan sebuah benda kecil dengan panjang 3 cm dan besar 2 cm didirikan diatas lingkaran. Alat pelempar terbuat dari kayu ringan, berbentuk lingkaran diameter 15 cm. Tempat bermain di lapangan terbuka dengan ukuran menyesuaikan kondisi. Jarak antara jirak 1 dengan yang lain kurang lebih 5 meter.
Cara Bermain :
 Menentukan pemain awal dengan cara undi / suit. ( Regu A / Regu B )
 Regu A Nomer 1 melempar jirak musuh, apabila bisa menjatuhkan biji penthilnya ke tanah, regunya akan berlari mundur dan dikejar oleh lawannya sampai tertangkap oleh pasangannya, kemudian pasangan lawan akan menggendongnya sampai garis batas wilayah pertahanan regu yang digendhongnya. (score 1 untuk regu yang bisa menjatuhkan jiraknya), demikian seterusnya.
 Apabila Pelemparan pertama tidak kena sasaran sehingga penthilnya tidak jatuh ke tanah maka pelempar berganti ke regu B no. 1, demikian seterusnya.

16. Betengan
Bentuk Permainan beregu dengan jumlah anggota 1 (satu) regu ada 5 pemain, permainan berlangsung 2 x 15 menit, dengan waktu jeda istirahat 5 menit. Score dihitung dengan menghitung berapa kali menyentuh beteng. Alat Bantu Permainannya yaitu, pancang / patok / atau apa saja yang dianggap beteng, bendera.
Aturan Permainan :
 Pancang merupakan sebuah beteng yang harus dipertahankan, jangan sampai dapat disentuh oleh puhak lawan, karena apabila tersentuk berarti merupakan kekalahan.
 Jarak beteng 1 dengan yang lain + 5 m
 No 1 A keluar berusaha menyentuh beteng B, no 1 B keluar untuk menangkap 1A dan apabila dapat ditangkap berstatus tahanan di beteng B, dan 2/ A berhak menangkap 1/ B; 1/ B tidak boleh menangkap 2/ B ( kalah derajat, atau dengan istilah jawa "dhuwur aku", “ tuwa aku ” dst.nya)
 Tahanan bisa dibebaskan oleh temannya dengan cara disentuh, dan lari ke beteng asalnya.
 Apabila Beteng B tersentuh oleh pihak lawan dan atau sebaliknya, maka yang tersentuh dianggap kalah. Score 1 untuk regu yang menyentuhnya.
 Dalam hal ini peran Yuri betul-betul harus teliti khususnya dalam hal mengamati "derajat seseorang pemain".

17. Gamparan (Kopral)
Bentuk Permainannya bisa dilaksanakan secara perorangan, bisa juga dengan beregu. Alat permainannya yaitu, batu sebagai tonggak yang dijatuhkan ukuran + tinggi 10 cm lebar 5 cm tebal 2 cm. Batu sebagai pemukul tonggak (biasa dinamakan "gacuk"), ukuran selera. Ukuran lapangan Pertandingannya, tonggak batu dengan garis tembak 2 meter dan 5 meter, jarak tonggak satu dengan tonggal yang lain 30 cm, areal bebas belakang tonggak batu untuk menghindari imbasan tembakan batu.
Aturan Pertandingan :
Tiap anggota harus berhasil melaksanakan 4 (empat) tahapan, yaitu :
 Memakai telapak kaki bagian atas, batu diletakkan diatasnya. Lemparan sedekat mungkin ke batu tonggak musuh yang akan dijatuhkan (apabila terkena langsung lolos ke tahap, kalau tidak kena harus menembak memakai tangan tapi lewat bawah selangkang dengan kaki jongkok dan tangan kanan lewat belakang) / gagal berhenti.
 Tembakan dengan diawali satu langkah ke depan dari garis tembak / gagal berhenti.
 Tembakan langsung dari garis tembak / gagal berhenti
 Tembakan dengan menggunakan "angklek" berjalan dengan gacok tembak di kaki kanan/kiri, berjalan menuju tonggak batu sedekat mungkin, kemudian gacok ditembakkan. / gagal berhenti.
Score dihitung dengan cara satu anggota berhasil 4 tahapan dinilai 1. Contoh dengan 5 anggota maksimal nilai 5 x 1 = 5. Permainan hanya berlangsung 1 kali untuk 1 regu, kemudian digantikan dengan regu berikutnya, demikian seterusnya. ( bisa ditambah apabila dikehendaki ).

18. Benthik
Bentuk Permainannya yaitu, beregu dengan jumlah anggota 1 (satu) regu ada 2, 3, sampai 5 pemain. Permainan berlangsung 2 x 25 menit, dengan waktu jeda istirahat 5 menit. Score dihitung dengan menghitung berapa m / hitungan panjang yang diperoleh melalui jauhnya pukulan tahap 1 + tahap 2 + tahap 3 atau pengembalian lawan. Alat permainannya yaitu, induk benthik terbuat dari kayu dengan garis tengah 3 – 5 cm ukuran 30 – 40 cm. Anak benthik/janakan dengan ukuran 1/3 panjang induk .Lobang untuk pengungkit anak benthik alam + 3cm. Ukuran lapangan Pertandingannya yaitu, garis tunggu pemain, dengan lebar kurang lebih 1 meter. Arena bebas untuk pemain jaga sepanjang kurang lebih 50 meter
Aturan Permainan :
 Untuk menentukan bermain atau jaga melalui undi/suit
 Pemain dimulai dari no 1 melaksanakan tugas dengan melaksanakan 4 tahap :
 Tahap 1 : mengungkit anak benthik sejauh mungkin, kalau tertangkap dianggap mati, dilanjutkan pemain berikutnya. Regu jaga mendapatkan point plus 10.
 Tahap 2 :melakukan pemukulan anak benthik memakai indhuk dengan dilempar melalui telapak tangan kiri bagian atas yang kiri dan dipukul dengan tangan kanan.
 Tahap 3 : memukul anak benthik dengan indhuk melalui cara meletakkan anak benthik di samping indhuk pada satu tangan kemudian di lempar dan dipukul sejauh mungkin, regu jaga berusaha menangkap kalau tidak tertangkap diambil dan dilempar kembali sedekat mungkin ke lobang pengungkit, dan pemain berusaha memukul kembali untuk mendapatkan jarak ukur yang jauh.
 Tahap 4: memukul anak benthik dengan indhuk melalui cara anak benthik diletakkan di lobang ungkit mengarah / serong keatas kemudian dipukul dengan memakai indhuk. Ada nilai tambah pada tahap ini, apa bila bisa memukul ganda akan dilipatkan 2, ganda tiga lipat 3 dan seterusnya dari hasil pengukuran.

19. Trek (anggar Jawa)
Bentuk Permainannya yaitu, beregu dengan jumlah anggota 1 (satu) regu ada 5 pemain. Permainan tidak dibatasi waktu, tetapi berdasarkan perolehan kemenangan. Score dihitung dengan menghitung anggota yang berhasil menjatuhkan lawan tandingnya. Alat Permainannya yaitu, terbuat dari bambu yang dipipihkan dan diraut dengan halus, menyerupai alat olahraga anggar, sehingga tidak membekas luka / merobek apabila terkena kulit kaki. Panjang bambu 125 cm termasuk tangkai. Sedangkan cara Permainannya yaitu, pertandingan berpasangan, kemudian bagi yang dapat menyentuh paha ke bawah dianggap menang, pemenang boleh istirahat, menunggu hasil teman yang lain. Hasil akhir dihitung tiap regu, berapa anggota yang berhasil.

20. Sepaksepong
Bentuk Permainannya hampir sama dengan permainan olah raga sepakbola, tetapi bola yang dipakai adalah bola plastik / gabus. Perbedaannya terletak pada gawang yang dipakai yaitu sebuah batu bata merah didirikan memanjang ke atas. Ukuran lapangan tergantung kebutuhan, berbentuk persegi panjang dan dibelah dengan garis tengah dan titik pusat lapangan. Dibuat titik finalti di depan gawang dengan jarak kurang lebih 8 – 11 meter (menyesuaikan ukuran lapangan yang digunakan).
Aturan Bermain :
 Tidak ada hukuman offside
 Jumlah pemain bisa diperkecil minimal 5 pemain dan 1 penjaga gawang pada tiap regunya.
 Score dihitung dari berapa kali batu bata merah itu bisa dijatuhkan, untuk masing-masing regu.
 Waktu bermain 2 x 25 menit dengan istirahat 10 menit

21. Sarsur Kulonan
Permainan ini dilakukan secara beregu dengan jumlah anggota 1 (satu) regu ada 6 pemain. Permainan dibatasi waktu ( inning ) satu inning selama 15 menit, permainan berlangsung 2 x 15 menit, dengan waktu jeda istirahat 5 menit. Score dihitung dengan menghitung berapa kali memperoleh game. Alat Permainannya berupa Pancang , pathok atau apa saja untuk bascamp per kelompok.
Aturan Bermain :
 Masing-masing menyebutkan nama anggotanya. Selanjutnya maju secara bergantian. Membisikkan nama pada yuri 1 (bertindak sebagai induk). Apabila yang maju lolos dari tembakan maka dilanjutkan anggota yang lain, demikian seterusnya sampai ada yang tertembak.
 Yang tertembak ( dengan teriakan dari yuri DHUULL) seluruh anggota diwajibkan menggendhong / atau apa saja hukuman badhan yang telah disepakati. Misalnya menggendhong lawan yang menang ke arah wilayah pemenang sekaligus untuk pergantian tempat.

22. Sletokan ( bedhil-bedhilan )
Sletokan dilakukan secara beregu dengan jumlah pemain bebas. Alat Permainannya ada 2 macam antara lain, laras senapan dengan diameter kecil , kurang lebih 1,5 cm dengan peluru dari bunga jambu, bunga lamtoro atau kertas yang dipadatkan. Penyodoknya dari bamboo yang dipukul-pukul hingga berserabut. Laras senapan agak besar dengan amunisi yang terbuat dari air yang disemprotkan. Penyodoknya terbuat dari bamboo yang ujungnya diberi kelep kain/karet. Untuk amunisi air bisa diberi pewarna yang berlainan antara regu satu dengan lainnya. Pewarna sebaiknya dicarikan yang mudah dicuci dan mudah dihilangkan nodanya.
Cara Bermain :
 Masing-masing regu mengambil jarang kurang lebih 5 meter.
 Boleh memilih tempat yang ada perlindungannya (pohon dll).
 Bagi yang terkena tembakan dianggap sudah mati.
 Pemenang ditentukan dengan menghitung jumlah sisa anggota kelompok yang tidak terkena tembakan.

23. Egrang
Salah satu jenis permainan tradisional Jawa apa yang dikenal sebagai egrang. Permainan ini mengandaikan pemakai/relasinya lebih tinggi posisinya. Diluar ukuran tinggi manusia. Bahan yang dipakai sebagai egrang adalah bambu, yang dibuat meyerupai tangga, tetapi tangganya hanya satu. Kapan orang memakai egrang kakinya dinaikan di atas satu tangga, atau pustep kalau meminjam istilah sepeda motor, untuk kemudian berjalan. Jadi, pemakai egrang naik diatas bambu yang dibuat sebagai jenis mainan dan kemudian berjalan kaki.
Karena itu, orang yang memakai egrang perlu melewati proses belajar dulu, karena membutuhkan keseimbangan. Kapan keseimbangan tidak terpenuhi orang bisa jatuh dari egrang. Siapapun bisa menggunakan egrang, tidak harus anak-anak, orang dewasapun bisa menggunakannya.
Egrang bentuknya bisa pendek, tetapi bisa pula tinggi. Yang pasti, kapan orang bermain egrang, posisi tubuhnya menjadi jauh lebih tinggi dari tubuh yang sebenarnya. Persis seperti orang berdiri di tangga, atau naik di atas meja.

Permainan egrang yang sedang dilombakan menggunakan pakaian adat semarang
Egrang adalah salah satu jenis permainan yang terbuat dari bambu dan dirangkai menjadi kaki beserta telapak kaki sebagai alasnya. Tinggi bambu untuk kaki, tergantung dari selera masing-masing. Jika seseorang menggunakan egrang, yang tampak ia akan kelihatan lebih tinggi. Bukan hanya itu, pada dekade tahun 80-an, egrang kerap dijadikan sebagai ajang permainan maupun perlombaan, dari balap lari ataupun sepak bola dan berbagai jenis permainan lainnya.
Selain dari bambu, egrang atau yang juga dikenal dengan arul, sering menggunakan bahan lain, yakni dari batok kelapa sebagai alas kaki yang diberi tali untuk pegangan tangan. Namun egrang jenis ini, hanya sedikit bisa menambah tinggi sang pemakai.
Harus diakui, dalam perkembangannya permainan tradisional yang satu ini memang semakin tersingkir oleh banyaknya permainan modern, seperti mobil tamiya, WD, hingga permainan teknologi yang menyihir anak-anak khususnya seperti Byblade, Crush Gear ada juga Play Station (PS), Video Games dan seabrek mainan canggih lainnya. Ini yang semakin membuat sebagian orang, khususnya anak-anak memilih berpaling pada permainan modern tersebut.
Berhati-hati adalah kunci yang tepat untuk memainkan egrang, karena salah keseimbangan risikonya terjatuh. Mainan asal Jawa ini, juga sangat baik untuk melatih otot tangan dan kaki, serta menciptakan keseimbangan badan.
Permainan egrang biasa dimainkan oleh anak laki-laki usia 10 – 15 tahun. Namun kadang juga dimainkan oleh anak perempuan juga orang yang sudah dewasa.Para pemain egrang diharuskan menjalankan egrangnya dengan cara menginjakkan telapak kakinya pada siku-siku yang terdapat pada egrang bagian bawah. Panjang egrang berkisar antara 1,5 meter sampai 2 meter, sedangkan tinggi siku-siku egrang untuk temp-at berpijak kurang lebih 30 cm – 50 cm dari ujung egrang bagian bawah. Permainan egrang bisa dilombakan dengan menilai cepatnya menjalankan egrang dan paling sedikit melakukan kesalahan ( jatuh, dll) dari garis start menuju garis finis dengan jarak yang sudah disepakati bersama. Yang menang mendapat hadiah apabila dilombakan, dan atau yang kalah dihukum dengan hukuman yang telah disepakati bersama.

24. Bakiyak Panjang
Bakiyak yang di dalam istilah Jawa disebut teklek, adalah semacam sandal yang terbuat dari kayu, ada juga yang menamkannya terompah. Biasanya bakiyak atau teklek ini dipakai ketika akan pergia ke surau atau langgar untuk berjamaah solat magrib, dan apabila dipakai berjalan akan mengeluarkan bunyi yang khas. Untuk memeriahlan Idul Fitri mereka membuat teklek dengan ukuran panjang dipakai oleh beberapa orang.
Adapun permaian bakiyak panjang satu pasang bakiyak dengan ukuran panjang tertentu yang bisa dipakai untuk 3 (tiga) orang. Ukuran panjang 100 cm lebar 25 cm. Apabila dilombakan dengan cara berjalan dari garis start menuju garis finis dengan siapa yang paling cepat mencapai garis finis dan dengan paling sedikit melakukan kesalahan.

25. Kendhi Gerit
Bentuk Permainannya adalah berpasangan, minimal 5 pasang, waktu bertanding dibatasi kurang lebih 20 menit. Untuk meraih point penuh terjadi karena menyelesaikan satu putaran segi lima penuh. Lapangannya berbentuk lingkaran dibagi menjadi lima titik beraturan beraturan dengan panjang sisinya kuranglebih 3 meter, garis lingkaran ditebalkan, dan pada tiap titik sudut segilima diberi tanda pancang. Alat Bantu Permainannya dengan menggunakan bola kecil ( tenes atau boks merah ), pancang dan bendera.
Cara Bermain:
 Untuk menentukan kelompok bermain dan jaga dengan cara suit. ( yang menang digendong dan yang kalah menggendong) dengan cara suit.
 Pemain no. 1 melempar bola dan harus ditangkap oleh Pemain nomor 2, kalau berhasil ditangkap pasangan gendhong berjalan ke titik di depannya, apabila bola tidak tertangkap maka posisi bermain berganti, kelompok yang menggendhong berganti menjadi yang digendhong.
 Apabila selamat satu putaran ( dari posisi awal kembali kembali ke awal ) mendapat point 1, dan secara otomatis bergantri main.
 Untuk meraih point penuh terjadi karena menyelesaikan satu putaran segi lima penuh.

26. Kasti
Kasti salah satu permainan tradisional yang masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat kanak-kanak. Namun pada era akhir-akhir ini merambah ke dunia ibu-ibu dan kadang bapak-bapak juga ikut serta memainkan permainan kasti. Permainan kasti tempo dulu dapat dimainkan oleh 3, atu 4, atau berapa saja jumlah pemain yang ada, tidak harus sekian anak jumlahnya. Pada saat sekarang ini biasanya olah raga kasti sudah berpedoman resmi yang dikeluarkan oleh depdiknas sesi olah raga, yakni dengan jumlah anggota pemain tiap regunya sejumlah 12 (duabelas) orang, yuri 3 (tiga) orang, dan boleh melakukan pergantian pemain sebanyak 5 (lima) kali. Bentuk Lapangannya persegi panjang dengan ukuran panjang 60 cm lebar 40 cm, minimal p x l berbanding 2 : 1, tiang pertolongan dengan jarak 5 m dari ruang bebas/ruang tunggu regu yang bermain, tiang bebas terdiri dari 2 tiang berbendera merah, alat pemukul terbuat dari kayu dan bola karet berisi ijuk / kenyal / tidak terlalu keras. Bentuk Permainannya beregu dengan jumlah pemain yang saat ini berkembang tiap regubya 12 pemain. Waktu bertandingpun dibatasi dengan waktu yang telah ditentukan, yakni 2 x 25 menit dengan istirahat 10 menit.
Cara Bermain:
 Kelompok membagi pemain dengan memberikan nomor urut.
 Kelompok jaga berkewajiban memberi umpan dengan baik.
 Nilai pukulan, terbagai sebagai berikut :
 Tidak kena bernilai 0, dan hanya boleh lari melalui tiang pertolongan terlebih dahulu, setelah itu baru diperbolehkan melanjutkan ke tiang bebas dan kembali ke ruang tunggu, tanpa nilai tambahan.
 Berhasil memukul bernilai pen / titik dan apabila berhasil kembali namun harus berhenti terlebih dahulu pada tiang pertolongan atau tiang bebas, nilai pen berubah menjadi 1.
 Berhasil memukul bernilai pen / titik dan apabila berhasil kembali tanpa harus berhenti terlebih dahulu pada tiang pertolongan atau tiang bebas dalam satu pukulan, disebut ren ,nilai pen berubah menjadi 2.
 Alat pemukul keluar dari kotak arena pemain dianggap nol, kecuali dibetulkan kembali dan pemain harus segera berlari untuk menyelamatkan diri.
 Party jaga dapat menangkap bola bernolai plus 1.
 Party main menurunkan sesuai nomor urut.
 Apabila telah habis anggota, pemain terakhir diberi kesempatan memukul ulang maksimal 3x dan apabila ridak ada yang kembali ke arena tunggu, maka dianggap mati.
 Pukulan mengenai kepala dianggap tidak sah.
Penentuan kemenangan:
 Setelah habis waktu ronde ke dua (satu ronde 25 menit diselingi 10 menit isrirahat), maka diadakan penghitungan nilai yang diraih oleh masing-masing kelompok.
 Nilai tangkap bola ditambahkan kepada kelompok yang berhasil menagkap bola.

27. Dhingklik Oglak-aglik
Dhingkilk oglak aglik adalah permainan anak-anak usia 8 – 15 tahun. Permainan ini sangat sederhana tanpa alat bantu apapun, hanya menggunakan anggota tubuh masing- masing. Permainan ini berbentuk kelompok, tiap kelompok anggotanya minimal 3 oarang. Awal mula permainan para anggota saling berhadapan, kemudian dengan sebuah aba-aba mereka saling membelakangi dan salah satu kakinya / kaki kanan saling mengait sehinga seakan terkunci. Apabila seluruh kelompok sudah selesai mengaitkan kaki-kaki mereka kemudian sambil bertepuk tangan dan sedikit lonjakan untuk berjalan ke tempat yang ditentukan, para anggota menyanyikan lagu-lagu riang. Apabila ada yang jatuh atau terlepas kaitan kakinya dianggap kalah.

28. Cek- cue
Permainan cekcue biasanya dimainkan oleh para remaja putri. Tapi tidak ada salahnya kalu remaja putranyapun kadang ikut memeriahkannya. Dengan alat bantu permainan yang sangat sederhana, yakni pucuk pohon perdu yang kurang berguna, biasanya tanaman yang tumbuh dipagar semacam bunga sepatu atau bunga wora-wari atau ada juga yang menyebutnya daun ting-ting. Sebelum permainan dimuali para pemain menyiapkan sendiri alat bermainnya tali sebesar atau sebanyak satu genggaman kemudian diikat erat menjadi satu dengan tali yang lunak. Yang sudah mengalami jatuh ditengah perjalan, dinyatakan harus berhenti, dicatat score keberhasilannya kemudian , dilanjutkan tahapan berikutnya. Yang masih lolos diteruskan sampai selesai jatuh, dihitung scorenya, kemudian memasuki tahap berikutnya, demikian seterusnya masing-masing tahap dicatat hasil perolehannya masing-masing tiga tahap. Tidak memerlukan tempat khusus, jadi pemain bebas memilih tempat bermainnya.
Ada beberapa tahapan permainan cekcue ini :
 Tahap 1 : Cekcue dilemparkan memakai telapak kaki bagian atas berulangkali dan dihitung berapa kali hasil tendangan llewat kaki itu berhasil dilakukakn.
 Tahap 2 : Cekcue dilemparkan dan ditendang lagi keatas memakai telapak kaki bagian dalam/kiri berulangkali dan dihitung berapa kali hasil tendangan lewat kaki itu berhasil dilakukakan.
 Tahap 3 :Cekcue dilemparkan dan ditendang lagi keatas memakai telapak kaki bagian luar/kanan atas berulangkali dan dihitung berapa kali hasil tendangan llewat kaki itu berhasil dilakukakan.
29. Prentho
Permainan rakyat yang masih dilakukan hingga saat ini ialah Prentho, di daerah Kendal ada yang menyebutnya Rinso. Pada umumnya, permainan ini dilakukan ketika anak-anak masih berumur 6 sampai 12 tahun. Biasanya pada jam jam istirahat di sekolah ataupun ketika liburan permainan ini masih banyak di jumpai di pedesaan-pedesaan yang ada di Eks Karisidenan Semarang. Banyak anak-anak yang masih menyukai permainan ini. Permainan sederhana ini juga sering di masukan dalam praktik pada pelajaran Olahraga di sekolah dasar (SD).
Permainan ini berupa Lompatan yang terbuat dari karet yang dirangkai seperti tali memanjang. Pemainnya tidak ditentukan, minimal tiga anak. Dua anak yang memainkan tali sedangkan yang lainnya melompat-lompat di dalam putaran-putaran karet itu. Selai itu dapat juga berkelompok lebih dari 5 orang.
30. Gasing
Gasing merupakan salah satu permainan tradisional Nusantara, walaupun sejarah penyebarannya belum diketahui secara pasti. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa. Biasanya, dilakukan di pekarangan rumah yang kondisi tanahnya keras dan datar. Permainan gasing dapat dilakukan secara perorangan ataupun beregu dengan jumlah pemain yang bervariasi, menurut kebiasaan di daerah masing-masing. Hingga kini, gasing masih sangat populer dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan warga di kepulauan Rian rutin menyelenggarakan kompetisi. Sementara di Demak,biasanya gasing dimainkan saat pergantian musim hujan ke musim kemarau. di kampung saya bengkulu ramai-ramai memainkan gasing saat perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharram.

31. Lais
Lais merupakan jenis permainan tradisional di kecamatan plantungan kabupaten Kendal. Permainan ini bernilai mistik, karena dari tata cara permainan bahkan syarat-syarat dari pemain itu sendiri. Permainan lais sering dinamakan sebagai permainan seni pertunjukkan sulap, sering dilakukan ketika ada pesta-pesta besar di desa terebut. Tata cara permainan lais adalah sebagai berikut:
 Disekeliling lapangan pertunjukkan, diberi dupa atau sesaji secukupnya
 Harus ada 2 orang, 1 orang sebagai juru lais, dan 1 lagi sebagai pemain lais (tidak membedakan jenis kelamin dan umur)
 Tangan dan kaki Pemain lais diikat dan kepalanya ditutupi kain hitam supaya pemain tersebut tidak dapat melihat
 Di luar keranjang disediakan pakaian tari yang masih dilipat rapi beserta make up nya
 Pemain lais tersebut dimasukkan ke dalam keranjang
 Keranjang beserta pakaian diluar keranjang tersebut ditutup menggunakan kain hitam
 Juru lais membaca mantra
 Dinyanyikan beberapa tembang jawa beserta gamelannya, perlahan kain hitam yang menyelimuti keranjang tersebut dibuka
 Pemain lais tersebut sudah memakai pakaian yang disedikan dan keluar dari keranjang kemudian menari sesuai dengan tembang yang didengarnya.

Minggu, 06 Juni 2010

Upacara Merti Dhusun



Masih di kabupaten Semarang, di Desa Keji Kecamatan Ungaran Barat, kami juga menemukan upacara yang hampir serupa dengan yang ada di desa Bejalen yaitu Merti dhusun. Merti dhusun merupakan acara syukuran yang dilakukan warga desa Keji setiap satu tahun sekali. Acara ini biasanya diadakan pada hari Senin kliwon, pada pertengahan tahun. Acara ini diadakan untuk menghormari arwah nenek moyang pembuka dusun keji, yaitu orang pertama yang tinggal di Keji.
Pada saat acara, warga membawa makanan berupa nasi dan lauk pauknya, seperti ayam, sayur tahu, dan kerupuk, serta beberapa jajan pasar dan minuman. Mereka memebawa makanan tersebut ke rumah kepala desa, tempat dimana merti dhusun dilakukan. Setelah itu mereka berdoa bersama-sama, dan setelah doa selesai maka mereka mersama-sama menyantap makanan yang sudah mereka bawa.

OBSERVASI FOKLOR SEBAGIAN LISAN Di Eks-KARESIDENAN SEMARANG


A. UPACARA ADAT


1. Upacara Ngekol

Upacara Ngekol yang ada di Desa Bejalen, kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Desa Bejalen mempunyai tradisi yang diadakan setiap satu tahun sekali yang disebut ngekol. Ngekol ini diselenggarakan untuk mengenang atau menghormati orang pertama yang telah membuka desa Bejalen, yaitu Mbah Gozali. Beliaulah yang membuka lahan di sekitar rawa pening yang kemudian disebut Desa Bejalen, yang diambil dari nama orang pertama yang tinggal di daerah itu, yaitu mbah Gozali. Tetapi orang-orang di daerah tersebut biasa memanggilnya mbah Gojali, maka tersebutlah desa Bejalen.

Acara ini diadakan pada bulan Dzulhijjah, dan berlangsung selama dua hari. Hari pertama pada malam hari setelah isya’ warga menggelar do’a bersama, yaitu membaca tahlil dan surat yasin. Bertujuan mengirim doa untuk Mbah Gozali. Setelah doa selesai para pemuda menggelar pentas budaya, yang di isi dengan pertunjukan kuda lumping, klotekan lesung, tari pesisiran, dan yang menjadi khas yaitu tari kuda blarak. Baru pada pagi harinya diadakan kirab atau arak-arakan yang diikuti oleh seluruh warga Bejalen.Dalam arak-arakkan itu semua warga Bejalen dengan senang hati mengikuti dari yang tua sampai yang muda. Mereka bersemangat mengikuti arak-arakan. Arak-arakan dimulai dari desa Bejalen sampai ke makam Mbah Gozali, yang jaraknya sekitar 2km.


Yang menjadi khas dari sekian banyak arak-arakan adalah gunungan salak.Karena Bejalen adalah daerah penghasil salak. Yang dibawa saat arak-arakkan selain gunungan salak juga membawa hasil pertanian dan ikan. Karena sebagian besar warga Bejalen bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan disekitar rawa pening. Tumpeng, bunga dan ingkung ayam, dan bermacam-macam buah-buahan juga tidak lupa memeriahkan arak-arakan tersebut.

Setelah arak-arakan sampai di Makam Mbah Gozali, tumpeng dan gunungan dikumpulkan di sekitar makam, warga berkumpul dan sang juru kunci membacakan doa, yaitu tahlil, setelah doa selesai warga langsung berebut malanan dan buah-buahan yang ada di gunungan dan tumpengan karena merela percaya bila berhasil membawa pulang makanan atau buah dari acara ngekol makam Mbah gozali, makanan atau buah-buahan itu akan membawa berkah.


Setelah acara rebutan tumpeng selesai, masih ada satu acara lagi untuk memeriahkan acara ngekol ini yaitu berebut ikan di kolam dengan tangan kosong.biasanya yang mengikuti acara ini anak-anak, namun orang tua juga diperkenankan karena untuk memeriahkan acara.

Legenda Rawa Pening


Walau tak tak ada yang tahu pasti, sejak kapan legenda itu muncul dan mengapa kawasan tersebut di sebut Rawa pening, tetap saja masyarakat setempat mengaitkan telaga seluas 2.670 Ha itu dengan kemunculan sesosok ular besar yang dianggap keramat. Masih menurut mereka, di saat-saat tertentu ular tersebut bergerak mengitari telaga untuk memberi berkah bagi orang-orang yang membutuhkan. Sampai-sampai untuk menghormati legenda tersebut, sebuah ornamen dari beton berbentuk ular besar pun di pasang di pintu masuk telaga ini.

Rawa Pening, demikian nama objek wisata itu. Rawa Pening merupakan lokasi wisata populer di Propinsi Jawa Tengah, tepatnya di Desa Bukit Cinta, Kabupaten Ambarawa, berjarak 45 Km dari Semarang. Luasnya mencakup 4 wilayah kecamatan; Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Telaga ini sendiri berada di lereng Gn. Merbabu, Gn. Telomoyo dan Gn. Ungaran dengan ketinggian 461 mdpl.
Saat itu, di sebuah kesempatan kami memulainya dari Salatiga, hanya memakan waktu 10 menit berkendara. Rupanya, jarak Salatiga – Rawa Pening cuma 5 Km. Untuk sampai kesana kita akan melalui jalan yang sedikit menanjak dan berkelok-kelok. Beberapa rumah dan kebun tampak menghiasi sisi kanan dan kiri jalan. Selain itu, tak ketinggalan hawa dingin yang langsung menyergap, pertanda kita sedang berada di ketinggian.
Hari tampak mendung, saat kami tiba di objek wisata ini, pukul 8.30 pagi. Keinginan menjelajahi telaga yang luasnya mencakup 4 kecamatan ini pun sempat urung dilaksanakan. Pasalnya, tak lama berselang hujan deras turun. Jika sudah begini, jarak pandang akan terbatas akibat kabut dan penyewaan perahu tampak sepi.
Rencananya, kunjungan singkat ini untuk menikmati pesona telaga yang dianggap sakral oleh penduduk setempat, sembari melihat dari dekat penghuni kawasan yang oleh masyarakat sekitar di sebut ‘ikan wader’. Konon telur ikan ini berkhasiat sebagai obat perekat bagi tulang yang patah.
Sebuah Legenda
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, sumber air telaga berasal dari luberan air bekas cabutan lidi Baru Klinting.
Alkisah, hiduplah seorang bocah yang karena kesaktiannya di kutuk seorang penyihir jahat. Akibatnya, bocah itu memiliki luka di sekujur tubuh dengan bau yang sangat tajam. Luka itu tak pernah mau kering. Jika mulai kering, selalu saja muncul luka-luka baru, disebabkan memar.
Akhirnya, tak ada seorang pun yang mau bersahabat dengannya. Jangankan berdekatan, bertegur sapa pun mereka enggan. Setiap berpapasan mereka pasti melengos. Tak ingin bersinggungan, karena takut tertular.
Bocah ini pun mulai berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk menemukan seseorang yang mampu menyembuhkan penyakitnya. Hingga kemudian dalam mimpinya, ia bertemu seorang wanita tua yang baik hati. Kelak dialah yang sanggup melepaskan mantera jahat tersebut sehingga ia bisa pulih seperti semula.

Akhirnya, tak dinyana tak di duga, dia pun tiba di sebuah kampung yang kebanyakan orang-orangnya sangat sombong. Tak banyak orang miskin di tempat itu. Kalaupun ada, pasti akan di usir atau dibuat tidak nyaman dengan berbagai cara.
Kemunafikan orang-orang kampung ini mengusik nurani bocah kecil tadi, yang belakangan diketahui bernama Baru Klinting. Dalam sebuah pesta yang meriah, bocah tersebut berhasil menyellinap masuk. Namun apa ayal, ia pun harus rela di usir paksa karena ketahuan.
Saat tengah di seret, ia berpesan agar sudi kiranya mereka memperhatikan orang-orang tak mampu, karena mereka juga manusia. Sama seperti mereka. Di perlakukan begitu ia tak begitu ambil pusing. Namun amarah mulai memuncak, saat puluhan orang mulai mencibir sembari meludahi dirinya. “dasar anak setan, anak buruk rupa”, begitu maki mereka.
Tak terima dengan perlakuan itu, ia pun langsung menancapkan sebatang lidi yang kebetulan ada di sana. Lalu dengan wajah berang ia pun bersumpah, bahwa tak ada seorang pun yang sanggup mengangkat lidi ini, kecuali dirinya.
Tak percaya dengan omongan sang bocah, masing-masing orang mulai mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, lagi-lagi, lidi itu tak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya orang-orang mulai takut dengan omongan si bocah. “Jangan-jangan akan ada apa-apa?” pikir mereka.
Benar saja, dalam beberapa hari, tak ada seorang pun yang sanggup melepas lidi tersebut. Hingga akhirnya, secara diam-diam ia kembali lagi ke tempat itu dan mencabutnya. Seorang warga yang kebetuan lewat melihat aksinya, langsung terperangah. Ia pun menceritakan kisah itu kepada orang-orang yang lain. Tak lama kemudian, tetesan air pun keluar dari lubang tadi. Makin lama makin banyak, hingga akhirnya menenggelamkan kampung tersebut dan membuatnya menjadi telaga.
Konon tak banyak orang yang selamat, selain warga yang melihat kejadian dan seorang janda tua yang berbaik hati memberinya tumpangan. Janda ini pula yang merawatnya, hingga secara ajaib, penyakit tersebut berangsur-angsur hilang.
Namun penyihir jahat, tetap tak terima, hingga di suatu ketika, Baru Klinting kembali di kutuk. Namun aneh, kali ini kutukan bukan berupa penyakit, tapi malah merubah tubuhnya menjadi ular yang sangat besar dengan kalung yang berdentang pada lehernya.
Versi lain menyebutkan, ular ini sering keluar dari sarangnya tepat pukul 00.00 WIB. Setiap ia bergerak, dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi; klentang klenting. Akhirnya, bunyi ini pula yang membuatnya di kenal sebagai Baru Klinting.
Konon, nelayan yang sedang kesusahan karena tidak mendapat ikan, pasti akan beruntung jika Baru Klinting lewat tak jauh dari tempatnya. Itu yang membuat legenda kehadirannya telah menjadi semacam berkat yang paling di tunggu-tunggu.

Ungkapan Tradisional

Cakra Manggilingan (hidup itu bagaikan roda yang terus berputar).
Gusti iku dumunung ana atining manungsa kang becik, mula diarani Gusti iku bagusing ati (Tuhan itu berada dalam hati manusia yang suci,karenanya Tuhan disebut pula sebagai hati suci).
Aja sira wani marang wong atuwanita, jalaran sira bakal kena benha saka Kang Murbeng Dumadi (Janganlah engkau berani terhadap orang tuamu, sebab engkau akan mendapat murka dari Tuhan).
Aja darbe pangira yen mung piyandelira iku kang saka Pangeran. Kabeh piyandel iku asale saka pangeran. Ing endhi papan Pangeran iku ana (Jangan beranggapan kalau imanmu itu saja yang dari Tuhan. Semua iman hakekatnya dari Tuhan di mana-mana Tuhan itu ada).
Aja nguber hawa nepsu, mundhak sengsara uripe (Jangan melampiaskan hawa nafsu, kalau tidak ingin sengsara hidupnya).

Japa Mantra

1. Mantra Kadigjayan

 Mantra Siyung Wanara
Gebyar sapisan sakehing cahya padha sirna, gebyar pindho sakehing roh padha sirep, rep sirep sajagade, kepyar-kepyur si bajul padha lumayu bubar. Lakune nglowong 3 dina 3 bengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca kanggo nyingkirake baya Ian buron banyu kang galak, sarta uga diwedeni wong akeh.

 Mantra Panawaran .
Niyatingsun dhahar, rowaningsun tapa kang dhahar. Niyatingsun sare, rowangingsun tapa kang sare, krana ingsun iki wus kawengku ing alam nasut, Malaekat Jabarut yaiku kang dhahar, kang sare jagade sahir kabir, cahya mangan ras, rasa mangan cahya, cahya mulya, rasa sampurna. Lakune mutih 3 dina 3 bengi, sarta nglowong 3 dina 3 bengi, wiwite dina Jumuah Pahing. Mantra diwacayen arep mamangan, supaya manawa diracun ing wong, bisa tawar tawar ora tumama.

 Mantra Panulak Wesi Aji
Ingsun kawulaning Allah, kang matek saka suryakumar, bukiyadi angambang jagad walikan, langgeng tan kenaning owah, huyahu, huyahu, huyahu, sallahu ngalahi wasalam, dating suci ing sahudaya, ratuning sadatulah, ingsun lanang sejati, kang tan pasah sakehing tumumpang ampang ngalumpruk kadi tibaning kapuk, yahu jabardas, bar tan tedhas ing keris suleman Ian sakehing gagaman kabeh. Lakune ora mangan uyah 40 dina, banjur mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sadina sawengi, wiwite dina Kemis Wage. Mantra diwaca ana ing paperangan lan yen ana babaya pakewuh.

 Mantra Pagering Awak
Allahumma kulhuwallah, lungguhku imbar, payungku imbar, wong sajagad kabeh kang sumedya ala marang aku, nyawane kari sadhepa, sa’asta, sakilan. Wong kang sengit marang aku, cupeten angen-angene, sandhang pangane lan sabarang niate kabeh, pet cupet karsaning Allah. Lakune mutih 7 dina 7 bengi, wiwite dina Kemis Wage. Mantra diwaca yen ana rerusuh utawa yen perang.

 Mantra Siluman
Salallahu ngalaihi wasalam, alahuma kulhu Allah, lungguhku imbar, payungku imbar, mimang mimong si Wisakarma tengahing angin, apipit maya-maya ora katon apa apa, kang hima kakalangan petheng dhedhet alimengan si imbar ngemuli aku, wong sabuwana bloloken ora weruh aku. Lakune pasa 21 dina, kanane mangan (buka) mung sapisan sabenjam 12 bengi, yen pasane wis rampung banjur ngebleng 7 dina 7 bengi, wiwite dina Rebo Pon. Mantra diwaca yen ana bebaya utawa yen perang. Yen ketrima bisa ngilang ora diweruhi wong.

 Mantra Pambukak
Walahumin walaihim mukitum baihuwa kur‘anu mujidu sakabehing karsane Pangeran ya karepku, ora ana barang angel ora ana barang ora tumeka, gampang tumeka kersaning Allah. Lakune mutih 7 dina 7 bengi, ngebleng 3 dina 3 bengi, wiwite dina Kemis Wage, ing dina iku bancakan jajan pasar lan jenang abang putih, baro-baro. Mantra diwaca kaping 7, yen katrima bisa mbuka barang kang tinutup utawa kinunci, sanajana ana sajroning peti wesi pisan iya bisa mbuka. Patrape sarampung maca donga, barang mau kasikut nganggo sikute kiwa nuli kadamu ping 3. Insya Allah yen dinarima bisa menga dhewe. Sawise rampung tirakate banjur dicoba, yen durung katrima, dibaleni tirakat maneh.

2. Aji Jaya Kawijayan

 Aji Tanggul Balik
Kulhu buntet, badaningsun Kanjeng Nabi panutan, rasaningsun Rasul, tekeningsun Malaikat, luputa kang den arah, ambalik marang kang ngarah. Aji Tunggal balik iku perlu kanggo panulak cabare panggawening mungsuh. Lakune patigeni 3 dina 3 bengi, wiwite dina Selasa kliwon, Aji diwaca ana ing latar ajeg sabenjam l2 bengi, sajroning mumungsuhan.

 Aji Panglarutan
Simaling sekti roh ilapi ratuningroh kabeh, sira sun kongkon soroten banyune ratuning rasa, laruten karepe si……(disebut jenenge), aja dibajurake sedya kang ala ora bener, lemes, cabar, bubar karebe tan dadi. Lakune nglowong 3 dina 3 bengi, wiwite dina Kemis Wage. Aji diwaca sakira mungsuh arep nekani, sarta yen arep utawa wus nindakake pakean.

 Aji Panglimunan
Bismillahir rahmanir rahim, dat gumilang tanpa sangkan, gumilang tanpa enggon, liyep ilang salin raga, ina fatohia lakoratkanmubila, alahumma alip sirolah, sir Muhammad, sir Abu Bakar, Sir Ngumar, sir Ngali, sir Jabarail, sir allahailulah Muhammad rasulullah, sir wali, sir kuwat berkat, sir teguh sir luput, sir ora katon, sirep berkat saking Nabi Muhammad, lailahailalah, hu yahu, anta, anta, hem, hem, iya iya, hum nasrum hu Allah.
Lakune ngebleng 7 dina 7 bengi, wiwit dina Selasa Kliwon. Yen wus tutug anggone nglakoni banjur dinyatakake, yaiku ing wayah esuk pinuju srengenge metu, ndelenga wawayangane dhewe, yen wewayangane ora katon, tandha wus tinirima bisa ngilang, yen ijih katon wewayangane durung tinirima, iku kena dibaleni ngebleng maneh nganti bisa tinirima. Ajidiwaca yen ana kaperluane. Yen wus bisa ngilang, ora kena nindakake barang panggawe kang ora bener. Dene kenane mung kanggo ngalahake ngapokake mungsuh kang cidra durhaka maring sapapadhane.

 Aji Panglimunan
Ingsun amatek si Ajisaka, ingsun mancik bumine Allah, ya aku anake Jan Banujan, aku kilat buwana, sakabehing mungsuh ora padha weruh maring aku, matane dak tutupi bathok bolu, peteng dhedhet alimengan, sakehing mungsuh padha cadok cato-cato pala bingung kersaning Allah. Lakune ngebleng 7dina 7 bengi, wiwit dina Selasa Kliwon. Yen wus tutug anggone nglakoni banjur dinyatakake, yaiku ing wayah esuk pinuju srengenge metu, ndelenga wawayangane dhewe, yen wewayangane ora katon, tandha wus tinirima bisa ngilang, yen ijih katon wewayangane durung tinirima, iku kena dibaleni ngebleng maneh nganti bisa tinirima. Aji diwaca yen ana kaperluane. Yen wus bisa ngilang, ora kena nindakake barang panggawe kang ora bener.

 Aji Panglamporan
Ingsun amatak ajiku si Panglamporan, kangaran Nabi, Wali, banyu, barat, geni, sira wengakna lawang suwarga kang tunda pitu, menga mblarat luwar kersaning Allah. Banjur katerusake matak aji Welutputih, unine, Ingsun amatak ajiku Welutputih arsa mrocot jroning watu, mrocot kersaning Allah. Lakune mutih 7 dina 7 bengi kemulan lawon putih, wiwite dina Selasa Kliwon. Ajidiwaca sajroning peperangan utawa yen ana bebaya pakewuh.

 Aji Panawaran
Ingsun amatakajiku si panawaran, ingsun lanang sejati, ngadeg tengahing tawang, urip langgeng gumantungm tanpa enggon, gumilang tanpa wawayangan, hu ingsun sajatining suksma langgeng. Sakehing braja tumiba ing tawang tan tumamam ing badaningsun. Lakune nglowong 7 dina 7 bengi, wiwite dina Kemis Wage, Aji diwaca sajroning perang, utawa yen ana bebaya pakewuh.

 Aji Lembu Sakilan
Ingsun amatak ajiku si Lembusakilan, rasulku lungguh, brahim nginep babahan, kep-karekep barukut kinemulan wesi kuning wesi mekangkang sacengkang sakilan sadempu, sakehing braja tan ana nedhasi, bedhil pepet mriyem buntu tan tumama kersaning Allah. Lakune 40 dina mung mangan gogodhongan dikulup bumbune mung uyah, ngombene banyu kendhi, yen wis tutug 40 dina banjur nglowong 3 dina 3 bengi, wiwite dina Kemis Wage. Aji diwaca sajroning perang, nirokake unine sapi sarta mangan daging sapi.

 Aji Petake Jeyengrama
Ingsun amatak ajiku, Jayabarut ingsun jumeneng datullah, umadeg tengahing jagad, sakabehing mungsuh sakubeng ing cakrawala kang padha durhaka, krungu petak gelap sakethi, padha bedhah kupinge, pecah endhase. Lakune pasa 40 dina mangan mung sapisan sabenjam 12 bengi, sawise pasa tutug 40 dina, banjur ngebleng 7 dina 7 bengi, wiwite dina Rebo Pon. Aji diwaca yen campuh perang sarta ngarepake campuh.

 Aji Gelap Ngampar
Ingsun amatak ajiku si Gelapngampar, gebyar-gebyar ana ing dadaku, ula lanang guluku, macan galak ana raiku, surya kembar ana netraku, durga deg lak ana pupuku, gelap ngampar ana pangucapku, gelap sewu ana suwaraku, ah aku si gelap sewu. Lakune pasa 40 dina, mangane mung sapisan saben jam 12 bengi, sawise pasane tutug 40 dina, banjur nglowong 7 dina 7 bengi, wiwite dina Setu Kliwon. Aji diwaca yen campuh perang sarta ngarepake campuh.

 Aji Brajamusti
Ingsun amatak ajiku si Brajamusti, kang aneng Pringgodani, purubaya, purubaya, ototku kawat, balungku wesi, kulitku tembaga, dengkulku paron, dagingku waja, epek-epekku wesi menkangkang anteb tanpa sama, ajur mumur katiban tanganku, heh ya aku purubaya ratuning wesi kabeh, sakehing braja nglumpruk kadi kapuk tan ana tumama ing badanku. Lakune nlowong 7 dina 7 bengi, wiwite dina selasa Kliwon. Aji diwaca yen campuh perang lan sa’arepe perang.

 Aji Bandung Bandawasa
Ingsun amatak ajiku Bandungbandawasa, kang mengkoni ratuning wesi, kulitku tembaga, dagingku waja, ototku kawat, balungku wesi, bayuku rasa, dengkulku paron, heh ya aku Badung Bandawasa ratuning karosan kabeh, sarupaning gegaman tan ana tumama ing badanku. Lakune nglowong 7 dina 7 bengi, wiwite dina Setu Kliwon Aji diwaca yen adhep-adhepan lan mungsuh yen wis arep Perang.

 Aji Balasrewu
Ingsun amatak ajiku balasrewu, kang tapa guwagarbane si Bagaspati, sakabehing widadara widadari, Malaekat, Nabi, Jim setan peri prayangan wis luluhsarira tunggal. Sakehing mungsuh ngarep mburikiwa tengen keblat papat padha kamigilan kaprabawan ajiku si balasrewu kang mbrubul metu maewu-ewu tan kena pati, temah pad agiris lumayu bubar sar-saran, iya ingsun atining bumi. Lakune nglowong 7 dina 7 bengi, turune yen bengi ana ing tritisan. lemek godong gedanag bantal bata, yen awan kena ana omah, wiwite dina Rebo Pon. Aji diwaca yen maju perang.

 Aji Cindhe Amoh
Ingsun amatak ajiku si Cindeamoh, sing-sing ubed-ubed sabukclana cinde amoh, rontang-ranting saluwir tinutupan wulan purnama srengenge sewu, hewu, hewu, iya ingsun kang abadan wesi kuning, angrasuk sarira Nabi Suleman kang sekteningsun, Sis utekingsun, Adam atiningsun, Muhammad paningalingsun, Brahim nyawaningsun, Isa napasingsun, Yakup karnaningsun, Musa lesaningsun, Dawud swaraningsun, sakabat papat kulit daging getih lan balungingsun, Ayub ususingsun, Yunus ototingsun, Nuh jantungingsun, Idris rambut wuluningsun, wus pepak jumeneng sarira Nabi, sakehing teluh tuju, tenung, braja, cakra, curiga, watang limpung, bedhil, mriyem narantaka ora tumeka, ajur omah ting saluwir tanpa bahya, hu akbar, hu akbar. Lakune nglowong 7 dina 7 bengi, wiwite dina Jumuah Paing. Aji diwaca yen mangkat perang, utawa yen ana rerusuhan.

 Aji Pengabaran
Ingsun amatak ajiku Maliwis putih, ilatku pamor, suwaraku gelap ngampar, mripatku kaca benggala, kulitku ternbaga, wuluku dom, drijiku supit wesi purasani, dlamakanku rajeg wesi, cangkinganku angin, pengiringku jagad, heh si Maliwis putih cucukana patukana tladungana mungsuh ingsun, lebur luluh ambruk tan mindo gawe, saka kersaning Allah. Lakune pas 21 dina, banjur ngebleng 3 dina 3 bengi, wiwite dina Setu Kliwon. Aji diwaca yen wis adhep-adhepan lan mungsuh, sarta yen arep mangkat perang.

3. Mantra Sri Rejeki

 Mantra Sugih Banda
Ing wayah bedhug awan, ana ing latar ngadeg madhep mangidul, madep mangetan, mantra, Sentanaku juru gedong Retna Dumilah arane, kang rumeksa gedhongku ing jagad wetan, bukaken gedhongku kang isi inten berlean lan sarupaning manik-manik, ingsun arep nganggo. Ing wayah bedug awan, ana ing latar ngadeg madhep mangidul, mantra, Sentanaku juru gedhong bambang Bunarbuwana arane kang rumeksa gedhong ing jagad kidul, bukaken gedhongku kang isi busana wastra sapanunggalane ingsun arep nganggo. Ing wayah sore mbarengi Suruping srengenge ana ing latar ngadeg madhep mangulon, mantra, Sentanaku juru gedhong Nurkencana remeng arane, kang rumeksa gedhongku ing jagad kulon, bukaken gedhongku kang isi kencana mulya lan kang sarwa picis sapepake ingsun arep nganggo.
Ing wayah bedhug bengi ana ing latar ngadeg madhep mangalor, mantra, Sentanaku juru gedhong Srikolem arane, kang rumeksa gedongku ing jagad br, bukaken gedhongku kang isi sawarnaning pangan kang bangsa pan, palagumantung, palaka pendhem, palakasimpar, bangsaning iber-iberan, kewan belehan lan sarupane iwak loh ingsun arep bujana, ayo, ayo, ayo enggal enggal padha tumandhanga, saben Kliwon pada teka babarengan nggawa sakabehing kabutuhaningsun. Banjur temenga mandhuwur karo muni: bapa akasa, nuli tumungkul mangisor, muni: ibu pertiwi, nyuwun bantu. Lakune pasa 40 dina, kenane mangan mung sapisan saben jam 12 bengi, wiwite dina Kemis Wage. Sabanjure saben bengi tumindak mangkono iku, dadi turune sawise jam 12 bengi, puwasane mung cukup 40 dina bae.

 Mantra Sowan Ratu Gustine
Niyatingsun ngukup madah jayaning ratu, winadahan cupu kencana mulya, Adam sumingkir, Muhammad teka, Allah wis ana kene. Lakune mung setya tuhu marangratu gustine, mantra diwaca ana ing pasowanan.

 Mantra Nyuwun Derajat
“Bismillahir rahmanir rahim, derajatku kang gumantung durung tumurun, muga Pangeran maringake saka wetan, kidul, kulon, lor, ngisol, nduwur, kang sampun tinampen roh robani. Lakune ngebleng 7 dina 7 bengi ana paturon ora kena mudhun saka amben, kajaba yen arep bebuwang utawa sene, flanging uga ora kena metu saka seruhong, wiwite dina Selasa Kliwon. Mantra diwaca rina wengi tanpa petungan sakarepe.

 Mantra Nyuwun Munggah Derajat
Nugrahaning darajat kang kunci jro peti purasani, soronge rasa jati, Sang Hyang Semar wus nurunake tanda mubyar kukuncunge, cahya manour umanjing jiwa ragaku, kanigara sabuk benag bara-bara, tumurune payung agurig, wus tinampah roh robani, alahuma darajati turunsih. Lakune mutih 7 dina 7 bengi. Sawise tutug mutih 7 dina, kabajutake sajrone 9 wulan puwasa saben Senin Kemis, mangane sapisan saben jam 12 bengi, wiwite dino Rebo Pon. Nalikane mutih 7 dina 7 bengi ora kena mudhun saka paturon. Mantra diwaca saben jam 12 bengilan bangun esuk.

 Mantra Murih Tineka Karepe
Kang cahya roh rahmani, roh jasmani, roh robani, roh kewani, kaki tumekane bapa, bisaa…………. (disebutkake apa kang dikarepake), beda apa kang cahya, kunpayakun tanpa ashadu kodratollah, pan ingsun pinayungan dening Allah. Lakune pasa 21 dina, mangane mung sapisan saben jam 12 bengi, wiwite ing dina kelahirane dhewe (wetone), mantra diwaca yen arep mangan jam 12 bengi.

 Mantra Panyuwunan
Sallahu ngalaihi wasallam, Sallalahu ngalaihi wasalam. Gusti Allah kang maha agung, maha luhur, maha suci, mugi Pangeran nyembadanana pinuwunan kula, kula nyuwun ...... (disebutake panyuwune). Sallahu ngalaihi wasalam, sallahu ngalaihi wasalam, sallahu ngalaihi wasalam. Lakune sadurunge tinekan karepe, yen turu sawise jam 12 bengi ana tritisan. Mantra diwaca ana ing latar, yen esuk madhep mangetan, bedhug awan madhep mangidul, mahrib madhep mangulon, bedhug bengi madhep mangalor.

 Mantra Pameling
Allahu zat, allahu sifat, allahu asma, Allahu afgal, Allahu sidik, roh kudus, roh ilapi, roh sira rohingsun rohingsun dhewe Si…… (sebutna jenenge) tekaa enggal katemu aku. Lakune oran mangan uyah 40 dnai, wiwite dina rebo Pon. Mantra diwaca mbarengi pleteking srengenge, ngadhepake prenahe omahe wong kang diundang supaya teka.

 Mantra Supaya Duwe Anak
Sri putih sir ening, sri abang sir karep, tempuk watune ki jabang, urip jabang bayi rineksa sakadange, nir babaya tanpa lari. Lakune mutih 7dina wiwite dina Jumuah Legi wis rampung tirakate, ing bengi Jumuah Paing. Ing malem Jumuah Legi wis rampung tirakate, ing bengi Jumuah Paing. Ing malem Jumuah iku banjur saresmi, yen arep saresmi mantra mau diwaca, sabanjure yen saresmi kudu mung malem Senin lan Kemis. Sarta nganggo srana ngrujak nanas kang ijih enom dipangan lanang wadon, sarta diwenehake marang wong kang sugih anak.”

 Mantra Weruh Sadurunge Winarah
Sir rahsa cahyaning rahsa, mut maya tejaning maya. Lakune saben duwe niat aarep meruhi sabarang kang durung kelakon, banjur mutih 3 dina 3 bengi Ian patigeni sadina sawengi, wiwite dina Jumuah Pahing. Mantra diwaca kaping 5000 saben arep mapan. Mantra panulak tenung tuju layar.

 Mantra Tujuh Layar
Allahumma kulhu buntet, kulhu balik, durgateluh, jim setan peri prayangan pada mara padha mati, jalma marang jalma mati, mati karsaning Allah.
Lakune mutih 7dina 7 bengi lan pati geni sadina sawengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca mbarengi surup srengenge, diwaca ing banyu diwadhahi pinggan, banyu kadamu ping 3, banjur kaombekake marang wong kang kena tenung utawa tujulayar.

 Mantra Makdum Sarpin
Sang kun dat suksmadiningsih kang ngideri jroning Wawayangan, sira aja ngaling-ngalingi aku, aku arep katemu kadangku kang sajati, kang langgeng tan owah gingsir, sira metua dok kongkon (disebutake Kaperluan). Lakune ngebleng 7 dina 7 bengi wiwite dina Selasa Kliwon. Mantra diwaca jam 12 bengi.
 Mantra Durgateluh
Allahuma durgateluh bolak-balik kasumpet, mara ngetan, pepet, ngidul sumpet, karsaning Allah ana tengah dheleg-dheleg ngedeprek bingung kami tenggengeng. Laku ngebleng 7 dina 7 bengi, wiwite dina Jumuah Kliwon mantra diwaca yen adhep-adhepan karo mungsuh arep perang.

 Mantra Panglarutan
Raga sukma rasa diluwih, aja pepeka sirasun kongkon lolosana otot banyune mungsuhku kabeh, elingna utawa ilangna sedyanane anggone memungsuh karo ingsun iki, nglemprek keder larut saparan-paran ninggal paprangan kersaning Allah. Lakune patigeni 3 dina 3 bengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca sajroning peperangan.

 Mantra Nelukake Mungsuh
Heh satruku si jabang bayi (diarani jenenge), ingsun wus weruh ajal kamulanira, asalira sukma tunggal, tunggal rasa, tunggal ilatku, kaya baya ngangsar raiku, gajah meta awakku, macan nggero swaraku, banteng ketatori tandangku, jahulante nggraut nyawamu, tanpa tenggok tanpa sirah yen mbregagah, lah tundhuka bae, ya wis kasur sari jinebadan, yen sira tunduk maring aku, tundhuk rasane tunggal. Lakune pasa 21 dina, mangane sapisan jam 12 bengi, mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sadina sawengi, wiwite dina Rebo Kliwon. Mantra diwaca yen ketemu mungsuhe.

 Mantra Pralambang Dhiri
Ingsun muja pupujaningsun, sarining bumi, sarining banyu, sarining angin, ingsun racut dadi salira tunggal, amora kumandhang suwaraningsun, manjinga cahyaningsun, dadia paninggalingsun, daya pangrunguningsun, lepas panggandaningsun, rame wicaraningsun, ya ingsun manungsa sajati, gustine manungsa kabeh, rep sirep tan ana wani maringsun. Lakune ngebleng 3 dina 3 bengi, wiwite ing dina Setu Kliwon. Mantra diwaca yen adhep-adhepan lan mungsuh, utawa yen kumpulan lan wong akeh.

 Mantra Pamikat Dhiri
“Bismillahir rahmanir rahim, sajatine sariraningsun, sinning bapa aksara, sarining ibu pertiwi, sarining semarabumi, sarining srengenge, sarining rembulan, Sarining lintang, sarining angin, sarining geni, sarining banyu, ingsun nganggo sandangan roh ilapi, jroning roh ilapi cahyaningsun kang pinuji, ingsun nganggo sandangan suksma nyawa, jroning suksma nyawa, napasingsun kang landhepe pitung panyukur, awor jatining paningalingsun, pangrunguningsun, panggandaningsun kang sun puja lan swaraningsun kemput ngideri buwana, teka kedep teka sirep wong sajagad kabeh. Lakune mutih 3 dina 3 bengi, nglowong 3 dina 3 bengi, wiwite dina Rebo Pon. Mantra diwaca yen adhep-adhepan lan mungsuh utawa yen campuh perang, utawa ana babaya pakewuh.

 Mantra Prabawa
“Bismillahir rahmanir rahim, ka adama sumingkir kaolah wis ana kene, kul ndhekukul si jabangbayine….. (disebutake jenege) kaya kebo dhungkul tanpa bahya, si dhungkul anggaru maluku pasawahanku.” Lakune ngebleng 7 dina 7 bengi, wiwite dina Rebo Pon. Mantra diwaca yen wis adhep-adhepan lan yen lawane yen ngrembug prakara negara lan wong manca, utawa yen sowan ratu.

 Mantra Tukar Wicara
nekuk-nekuk ilatku, nanging nekuk ilat lan pikire Si….. (disebutake jenege lawane tukar bicara), kodenga kablinger ilang pikire, wel-welan ucape, cep meneng lambe panatri. Lakune mutih 7 dina 7 bengi patigeni sadina sawengi, wiwite dina Selasa Kliwon. Mantra diwaca yen wus adu arep, pamacane mung kabatin bae karo nekuk ilate dewe.

 Mantra Senggara Macan
Ana kedawang miber ing tawang alat-alat, macan sewu ing mripatku, macan putih ing dhadhaku, gelap ngampar suwaraku, durga mendhak kala mendhak, teka kedhep teka wedi, teka asih mungsuhku, kodheng madhep manut sakarepku karsaning Allah. Lakune mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sadina sawengi, wiwite dina Jumuah Pahing. Mantra diwaca yen wis adhep-adhepan lan mungsuh.

 Mantra Panglereman
Yen ana ing dalan begal durjana. Suksma nuksma, nyawa sirna, roh njendhel, rep sirep si jabang bayi katrem ing dlamakanku. Mantra kawaca sapisan karo mandeng mripate wong kang arep mbegal. Lakune pasa 21 dina mangane saben jam 12 bengi lan patigeni sadina sawengi, wiwite dina Rebo Pon.

 Mantra Kateguhan
Kaki kala ingsun njaluk kiambi watu, watu sakilan sageblog kandele, rasukan ing badanku, sakehing braja dawa tuna, cendhak, cupet tiba ing ngarepku, saka karsaning Allah. Lakune nglowong 3 dina 3 bengi, wiwite dina Rebo Pon. Mantra diwaca yen ana babaya pakewuh utawa yen maju perang.

 Mantra Arya Bangah
Wiyak bumi wiyak langit, jagad Suwung tan ana babaya, ingsun sajatining manungsa anukarasa bissekulem tan ana babayane, tikur, tikur, tekane, mulihe ndhungkul. Lakune mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sadina sawengi, wiwite dina Rebo Pon. Mantra diwaca yen ana babaya, utawa yen lemebu ing alas, sato galak padha wedi.


4. Do’a

 Doa Derajat Kecantikan
Pitung dina ora kena mundur. Iki dongane, “Darajatku kang durung diparengake, Gusti Allah maringake saka lor, wetan, kidul, kulon, ngisor, duwur, wus katampan dening Roh rabani.”

 Lakune wong nandur pari
Wiwid jaman Budha kudu wiwiti ana padon, sarta njupuk jenjening dina naptu 10 iya nandur 10 ceblokan, sajen lan rampe uga ana lan iki dongane, “Angin-angin amun endheng-endheng isining beras aos-aos saking karsaning Allah.”

 Panyuwunan Sabarang Kareb
Lakune adus esuk jam 4, iki lekase: Yen dina Akad dongane, “Niyat ingsung adus ing dina akad, gumilanggilang ana usul khatap, tes-tumetes langkung badan turap prelu krana Allah.” Yen dina Senin dongane, “Niyat ingsun adus dina Senin, arum candhana matsirsani, ingsun nampani tingal langkung nur zat Allah prelu krana Allah.” Yen dina Selasa dongane, “Niyat ingsun adus ing dina Selasa, iki kencane mulya, metu saking akhadiyat Muhammad, mulya ana donya mulya ana akhirat, prelu krana Allah.”
Yen dina Rebo dongane, “Niyat ingsun adus ing dina Rebo, roh tan arah samodraning badan iya ingsun angumpulake banyu pitu, lakune banyu kang abang banyu rahmat, kangireng banyu nugraha, kang kuning banyu nikmat, kang dadu banyu suwarga, kang biru banyu urip, urip donya urip akherat, prelu krana Allah.” Yen dina Kemis dongane, “Niyatingsun adus ing dina Kemis, ing banyu kama-wulan, ancik-ancik watu gilang, alungguh ing sela kembar, ingsun angumpulake sadulurku papat lima badan, nem roh, pitu nyawa, prelu krana Allah.” Yen dina Jumuah dongane, “Niyatingsun adus ing dina Jumuah, oh, Allah manikku, Muhammad badanku, ingsun angrawati sakehing cahya, cahyaning lintang, cahyaning rembulan, cahyaning srengenge, mustikaning Allah ana kene, iya aku kang jumeneng roh idhafi kang ngratoni sakalir, prelu krana Allah.”

 Pujine Wong Arep Turu
Panyuwun sabarang. Iki dongane, Bismillahir rahmanir rahim, kawaca ping 33. Ya subhanallah, kawaca ping 33. Ya arhamar rahimin kawaca ping 33.

 Panyuwun Sabarang
Jam 4 esuk diapalke madhep mangaten ping 33, mangidul ping 33, mangulon ping 33, mangalor ping 33. Lakune ora mangan iwak, uyah, sega, iki dongane, “Bismillahir rahmanir rahim, subkhanallah ilaha qulli sai in qodir, Wahuwa lisuhu, wahuwa sirruhu, wahuwa rijkuhu birahmatika ya arhamarrahimiin.” Saben esuk madhep mangetan, sore madhep mangulon, iki dongane, “Sallallahu alathi wasalam.” Ping 3. Gusti kang Maha Agung Gusti Kang Maha Luhur, Gusti Kang Maha Suci Gusti Allah kaparenga panyuwun kawula diedanana dening kun.” Kawaca ping 3.
Marang tabik-tabik Kanjeng Sunan Kalijaga, kanggo sabarang karep, lakune mutih pitung dma, yen mangan ketan 40 dma, yen wayah bengi ana jaba sarana dedupa macaa “Kun payakun nyuwun saking kun.” Tumuli ngapalake Allahumma sirhu ping 100, Sifat Allahu ping 100, Wujud Allahu ping 100, Darajad Allahu ping 100, Rijquhu ping 100.
Lakune mangan gandum lan wedang bubuk pitung dma ana jaba, sawengi adus ping telu, yen arep adus mawa dedupa sarta pujine, “Dremba muha keblat lamat-lamat ngetoko aku, Kyai Sumberagung kula nyuwun rejeki kang agung. Kun payakun, nyuwun saking kun. Allahumma mangkurat ya aku kang sinung kuwat, ya aku kang sinung darajat, ya aku kang sinung supangat, ya aku kang sinung sugih donya, sugih saking karsane Allah.”
Marang leluhure dhewe iki dongane, “Sirkumaya, kumayane simbah (eyang saliyan kang sumare ana pasareyan or katon, kang katon sajatining urip, urip tan kenane pati, langgeng tan kenane owah, mulya ora kewoworan, kula nyuwun “ Lakune pasa Senin Kemis, iki dongane, “Wit iman babakan mertokhim, pang kalima pancer, gedhong dma Senin Kemis woh paji lan dhikir Allah sing dak sedya, tek gampang, gampang teka ngarepanku, teka saking karsane Allah.”

 Pangrereman
Iki dongane, “Kitab agung isine aksara ba’, karepe sing ala si anu ba’, ba’ saking karsane Allah, Allahumma ba’ pasar, sawan wurung ba’ huhar ba’, warung ha’ bubar ha’.” Lakune ngebleng telung dina telung bengi, iki dongane, “Baga-baga, kaprusa-kaprusa, sira baga ratu tunggal anut sapa sira, yen ora anut aku.”
Lakune kungkum ana ing kali, iki dongane, “Kang Maha Suci, kang jumeneng ing Gunungjati kaparenga panyuwun kula.”“Kakang kawah kang rumeksa awak-mami, tekakna sedyaku, adhi an-an kang mayungi ngenakake pangarah, ponah getih ing rahina wengi rewangan aku, Allah kang kuwasa, kaparenga panyuwun kula, puser turutana panjalukku, papat kalima pancer kang lair bareng sadinaa sing metu marga ma, sing ora metu marga ma sing karawatan, kumpul ingsun ora pisah.”

 Mantra Kutug
“Sih lumintu, rejeki aja towong, jisim alus, roh alus kang ikal bakal, kang cikal bakal ing, ingsun asung dhahar ganda arum, ingsun ngobong dupa, menyan madu, areng sejati, areng menyan kayu manuk putih, kukusing menyan sira sun-kongkon marang swarga, seger kuwarasan padhanging ati, aja sira nyimpang marga, yen nyimpang marga kena supatane Kanjeng Nabi Adam, Gusti Allah, kawula nyuwun wilujeng.”

 Mantra Manawa Sore
“Aja sira turu sore, wong anom akeh dosane, tengah wengi anglilira, nyebut pangeranira, ana dewa ngilang jagad, nggawa bokor kencana isi sandang kalawan pangan, paringna kang muji amuji rina wengi, yen lara oleha tamba, tambanana muksa ilang godhogen kuwali olah, genenana kayu tawa, kekepana Waliullah, lailahailaflahu Muhammad Rasulullah.”

 Mantra Mapage Tanggal
“Ajiku puspanegara, pang pradapa sasi, godhong widadari, kembang lintang, woh srengenge, sira bagea mbok lara tanggal, sak tuwa-tuwaku, isih tuwa kowe, sa enom-enommu, isih enom aku.”

 Mantra Sorabat
“Ingsun amuji puji donga serabat, simbar Muhammad pinayungan Nabi Dawud, andhawut sakehing lara, andhawut sakehing dosa, andhawut sakehing rindu, rindu aja ngrindu marang badanku, aja ngrindu anak putuku, sinampar bubar, sinandung lebur, musna ilang dadi banyu kungkulan dongaku serabat.

 Mandekake Ujar
Lamun arep mandi ujare, iki ismune, “Sumulung jatine tunggal, nu tunggal ora karsa, nu tunggal ora ngandika.” Dongane wong srengen, darapon kamitenggengen kang den srengeni, iki dongane, “Lamaujuda illallah.” Winaca kaping telu.

 Upas-upasan
lid ismune kang winaca, “Rasa jati rasa Allah, mulya jati mulya Allah, e ana upase, sarwi dariji tengah punika kadumukaken kang badhe dhinahar.”“Ya rahum ya rahuna ya rihanun ya alimun.”

 Nyuwun Pangapura ing Allah
Demikianlah bunyi mantranya, “Allahumma ghfir lana dhunubana wakaffir lana ansyiatina watawa fana ma’al abror.”

 Pangracutan Jasad Sunan Kalijaga
“Badaning jasmani wus suci, ingsun gawa maring kaanan jati tanpa jalaran pati bisa mulya sampurna urip salawase, ana ing alam donya ingsun urip tumekane alam jati ingsun urip, saka kodrat iradatingsun, dadi saciptaningsun, ana sasedyaningsun, teka sakarsaningsun.”

 Donga Atine Sami An’arn
Sapa-sapa kang maca ayat iki, nalikane ana wong kang kepanjingan setan utawa wong klenger, nuli diwacakake surat An’am kaping sawelas ana ing kupinge. Iki dongane, “Bismillahir rahmanir rahim. Lakod jaakum rosulum min anfusikum azierun ma anittum kharisun alikum bilmukminima roufurrahim fa’in tawallau fakul khasbiyallallahu lailaha illa huwa alaihi tawakkaltu wa huwa robul arsiel adhim.”

 Donga Gaib Sulaiman
Donga gaib Sulaiman iki paedhahe diwaca nalikane arep turu, terus metu saka omah ana plataran madhep mangulon, diwaca saben jam l2bengi kaping sapisan, nganti tekan patang puluh dma suwene, nuli sidhakep kanthi nyenyuwun maring Allah, mangka wong iku pinaringan rejeki kang ajeg, iki dongane, “Allahumma in dakhola fi surati Sulaiman, wa mulki sulaiman, mina masyriki wal maghribi Idhatihi wa sifatihi wa quwatihi wa Jibrila wa Mikala Israfila wa Izroila wa mulki Sulaiman, minal masyriki wal maghribi jinnan wa tasan wa riekhan wa ghomanan wa sallama taslieman kasiran jalla jallaluh ya ibliessa’tani fitdhulumati wannur rabana takabal Sulaiman birahmatika ya arhamarrahimien.”

 Donga Nurbuat
Donga nurbuat iki dongan kang agung paedahe, wanaca ginawe katemu karo wong luhur, utawa caos maring wong gedhe-gedhe utawa panggedhe supaya kinasihan.Wong kang duwe sedya ala ora tumeka. Tur maneh bisa nambahae rejeki. Iki dongane, “Allahumma disultanil radhiem, wadhil mannil kadhiem wa dhiewajhikal karim, wa waliyil kalimatief wa dakwatil mustajabi akilil khasani mm anfusil khakki alnul wal jinni, wasayatini waiyiyakadu ladhiena kafaru liyuzlikunaka biabsarihim lamma smiuddikra wa yakulluna innahu la mainun wa-ma huwa illa mana alwahdud dhul arsil majied. Touwil umuri wa sahihk jasadi waqdi khajati, wagsir amwali,wa auladi wa khabibun linnasi ajma’in, wataba adol adawautu minbani Adam mankadna khayyan wa yakhikkol kaulu alal kafirm. Innaka ala kulli syain kodier. Subkhanaka rabika robil izzati amma yasifun wa salamun alal mursalin wal khamdulillahi robil alamien.”

 Donga Jabur
Donga jabur iki agung paedahe, winaca lamun arep lelungan utawa arep mlebu ana ingpanggonan kang sangar utawa angker kang ora tau dirambah manusa, nuli maca dongan iki, aja nganti putus-putus nganti teka ngliwati panggonan iku, iki dongane, “Allahumma anta awwalu, falaisa qobalaka syaiun wa antaakhiru fawa antal aliemu innaka ala kulli syiin aliem, wa antal qodiru innaka ala kulli syaiin qodhier, wala yau dhuhu ibdhuhuma wahuwal aliyul adhiem fallahu khoirunkhhafidon mm kullii syaitonin maried wa khafidfla kulli syaitonirrojiem, Wa khifdon dhalikatakdiruj
azizil aliem, innahu huwa yaubdiu wa yu’it, wa huwal ghofururul wadhut, dul arsil majied fak alullimayuried, illahi wakhtiem lana bikhoiri waya khaeran naasirien.”

 Donga Kanjeng Nabi
Wus ngandika Kanjeng Nabi Muhammad SAW sapa-sapa kang maca kalimah iki, mangka wong iku ora kena bilahi wiwit saka esuk saengga sore, nuli maca ayat iki sadina sapisan, esuk utawa sore, iki dongane, “Bismjllahjr rahmanir rahim. Allahumma anta robj lailaha illa anta alaika tawakkaltu wa anta robul arsiel adhiem, Ia khaula wala kuwwata ilia billahi aliyil adhiem, masya allah ka-ana wamalam yasyak lam yakun. Ashadu annalloha alaa kulli syaiin qodhier, wa annalloha qod akhato biqulli syaiin jima wa akhso kulla syaiin adada wa anna sa’ata atitun la roiba fiiha wa annallahu yab’asu man fil qubur. Allahumma inni audgubika mm syarri nafsi wa mm syarri wa mm kuli dhaabatjn anta akhidun binasiyati. Inna robi alla syiratim rnustakiem wa anta alaa kulli syain khafid. Inna waliyyalllahu ladhie nazzalal kitaaba wa huwa yatawallas solikhien, fain tawallau fakul khasbiyallahu lailaha illa huwaallahi tawakkaltu wahuwa rabul arsil adhiem.”

 Wasiyate Imam Sofyan Sori
Miturut ujare Imam Sofyan Son, sapa-sapa kang nduweni pikiran kang rupek utawa ruwed, olehe golek sandhang pangan utawa iiya-liyane karep kang sumedya becik, mangka wong iku nuli macaa donga iki saben-saben arep mapan turu, kalawan menganggo kang sarwo resik lan pikiran kang tetep winaca ambal kaping pitu terus 7 dina lawase, olehe maca madhep mangulon, wanci jam 12 bengi kalawan lunggguh kang jejeg, insya Allah pinaringan gangsar enggone golek sandhang pangan. Iki ismune kang winaca:
“Allahumma ya robana kulli sai’in wa ilaha kulli sai’in wa waliya kulli sai’in,wa khuliko kulli sai’in wa khoira kulli sai’in wa alimu bikulli sai’in wal khakimu ala kulli sai’in wal kohiru ala kulli sai’in, qudrotuka ala kulli sai’in, faghfirli kulla sai’in wakdhi li kula sai’in wahabli kulla sai’in walatas alni an sai’in, wa tukha sibni bisa’in, birahmatika ya arhamarrahimien.”

 Puji Teguh Rahayu
Iki pujine yen mangan tawa sakalir, teguh rahayu, sakawit yen lepas arep madhang, muji mangkene, “Mung Allah anglilanana, anggen kula mangan kamurahaning Allah.” Nunten njimpit sekul dinenek sakiwaning ajang, nyebut, “Maelkat Kiraman Katibin, ayo mangan.” Lajeng njimpit sekul malih, dinenek satengahing ajang , nyebut, “Sadulur kang maratapa ayo mangan.”
Lajeng muluk sekul thok rambah kaping telu, punika pujine, “Bis teguh, mil luput, lah ora katon.” Lajeng dhahar, muji punika, “Bismiliahi aal rohmani al rahim.” Yen ngufl juk punika pujine, “Allah alhamdulillahi robil alamien.”

 Pasucen Yen Adus
Iki sucen yen adus, supaya manther cahayane. Iki pujine kang winaca, “Murub-murub zatullah, metu murub Rasulullah, Allah mobah sajroning urip. Allah mosik sajroning rasa. Ya rasahing Allah Kang Kuwasa.”

 Pasucen Toya Sahadat
Iki pasucen toya sahadat mili langgeng, kanggone yen adus tangi turu, utawa yen arep turu, iki pujine, “Tanjebing sampurnaning badan, ning sejati tanjebing kulit, ning kempet lungguh ing daging, nurullah lungguh ing bebalungan pangusen khak lungguh ing sungsum.

 Pujine Yen Kepegatan Tresna
Yen kepegatan tresna, iki pujine, Sang Teng malang atikel, dosaku sawidak windu, sanapura dening Allah.

 Aji Yuwana Mimis Sumingkir
Iki ajiyuwana mimis sumingkir, lakune mutih pitung dina, lakune pati geni sadina sawengi. Iki ajine kang winaca: “Prucut sira sumingkirra, sadulurmu Ki Ageng Bakal ana kene

 Tawa Ing Geni
Iki aji tawa ing geni, lakune pas pitung dina kaya dene pasa ing sasi romadhon, banjur nglowong sadina sawengi.

 Ilmu Akeh Paedahe
Iki ilmu akeh paedahe, lakune manas pitung dma saben esuk. Iki ismune, “Allahumma, ya ratu wailaihi, ajemangin, zat-zat ing ratu sipating ratu, apa ngalu illahi ing ratu, sarengat imaman ratu, tarekat hakikat yen makripat yahu ratu. Iki uga ismu akeh paedahe, lakune manas (dhede) pitung dina (saben esuk), yen bisa api-api maju pat le sa-tasta, den enggoni ing tengah, pitung kesuk, tanpa manas. Iki isune, “Man waliyuppa Wadalduna khak, nur jati putih, sang langlangbuwana hu sadege , la la la.”

 Donga Kayu Angker
Iki dongane kang winaca. “Bismillahir rahmanir rahim, kulatu sungsang, rajah iman kedhungku, Jabarail tetekenku, jungkat Nabi Muhammad, la ilaha illallah Muhammadur Rasululah.”

 Panawar Antup Sakalir
Iki panawar antup-antup sakalir, lakune mutih pitung dina, banjur nglowong sadina sawengi, yen ora kelar mutih kaya ing dhuwur mau, kena mung mutih saben Jum’at, antuk pitung Jum’at banjur nglowong sadina sawengi, kasiyate sabarang antup ora turnama, lan kena den anggo nambani wong kena antup sarana ingidonan. Iki kang winaca, “Allahumma Sang Kalika ing sabrang, tuwuh ing lautan, tawanen apase si Ceketit, tawanen upase Si Kiabang Kalajengking kabeh, tawi tawa tawar, ketiban iduku putih.”

 Mantra Betah Luwe
“Ajiku si ceplukan, kedhondhong isine madu, guruku salenglengan dom, ususku sadami aking, set set singset saking karsaning Allah.”

 Mantra Betah Melek
“Biyung, aku njaluk padhang, aku ora duwe, bapakmu sing duwe, byar padhang mencorong saking karsaning Allah.”

 Mantra Padhang Atine
Ati-ati katengi aku njaluk padhanging ati, ora ana padhanga ati, damar kurung cumanthel pulunging ati, byar padhang wus oleh padhang ati saking karsaning Allah.


5. Nukat Gaib
“Bismillahir rahmanir rahim. Ingsun wis tanpa paningkahe rasa jati, kaanane Pangeran.”


6. Adus Sawise Ngarap Sari
“Bismillahir rahmanir rahim. Nawaitu niyat ingsun adus ke, rah keli sari bali, sunatan lillahi ta’ala, sah badanku sinampurna, tumibaa bumi suka, banyu sukci, aslupa ma- rang badan sariraku, kembang pudhak, sategal, kembang cepaka sedheng, aslupa marang badan sariraku. Allahu Akbar X 3, banjur ndamu banyu kaping 3.


7. Gangsar Golek Sandhang Pangan
Demikianlah bunyi mantranya, “Allahumma puji langgeng, suksma mulya, kumpula badan sarira, oleha rahmating Allah, oleha marga sing gampang,-gampang saking karsaning Allah, lailaha illallah Muhammad Rasulullah.”

8. Nyuwuk Bocah Lara
Demikianlah bunyi mantranya, “Wewe putih gunung sembung, gandruwo wulune bumi, Sang Prabu abala yaksa, nir mala bayane ngati, aja wuruk sudi karya, suwuken anakku iki.”


9. Manawa Kapapag Layon
“Assalamu’alaikum, alaikum salam, sawan wangkel sampar wangke, tali wangkel, lepasa parane, jembara kubure, diakua umating Allah, oleha rahmating Pangeran, kang lungo slamet.”


10. Ora Kambah Durjana
Saranane pojoking omah papat didodoki jambe jebug siji-siji. Demikianlah bunyi mantranya, “Singa barong kang mbau reksa ana ing Lodhaya, ingsun njaluk tulung reksanen papan pomahanku yen ana kang ganggu gawe sira balekna.” Kacarita yen katrima ing papan pakarangan kono katon wewayangane macan putih nggero.


11. Nglerepake Wong Nepsu
Demikianlah bunyi mantranya, “Jro mripatmu Muhammad, jrone mripatku Allah, jrone mripatmu Allah, jrone mripatku Muhammad.” Sarana kapandeng tengahing manik.


12. Dina Neptu 40
Lamun bakal ora kekurangan rezeki, lakune sesirik ora mangan sega ing dalem telung dina neptu 40 rambah kaping 6 demikianlah bunyi mantranya, “Ya Allah ya Ghafur ya Allah ya Karim.”


13. Mantra Pinaringan Rejeki
Sandhungane sok pinaringan rejeki kang agung, lakune puwasa telung dina neptu 40 rambah kaping 6, pungkasane ngebleng sadina sawengi, demikianlah bunyi mantranya, “Ya fattah ya ngalim, ya rojak ya karim!’
Namun demikian, tidak banyak orang yang mengetahui tentang mantra-mantra tersebut.