sug_rwuh

Selasa, 23 November 2010

upacara Jathukraman

8. Upacara Jatukraman
Upacara Jatukraman merupakan salah satu upacara adat di desa Sikemplong, kecamatan Plantungan, kabupaten Kendal. Upacara yang dilaksanakan pada bulan sura atau sasi sura ini merupakan salah satu upacara adat yang masih ada sampai sekarang di desa ini.
 Sejarah singkat upacara Jatukraman
Plantungan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di lereng gunung Perahu, di daerah ini masih mempercayai mitos-mitos yang ada sejak jaman dahulu salah satunya ialah mitos mandi kembang di kali Pengantin. Penduduk mempercayai bahwa upacara Jatukraman merupakan upacara dimana seorang perempuan yang belum mendapatkan pasangannya dan sudah jenuh mencari tetapi belum juga mendapatkan jodoh maka dengan mandi kembang di sungai tersebut kelak akan menemukan jodohnya. Karena sudah banyak orang-orang yang membuktikan, maka dari hanya sekadar mitos perlahan-lahan berubah menjadi salah satu adat di desa ini.
 Tata cara upacara Jatukraman
Ketika sasi sura di tengah malam (jam 00.00) malam jum’at kliwon, diadakanlah upacara Jatukraman dimana seorang perempuan yang sulit menemukan jodoh tersebut mandi di sungai pengantin bersama juru kunci sungai tersebut.
Syarat-syaratnya:
 Seorang perempuan tersebut harus sudah berpuasa selama 40 hari sebelum menjalankan ritual mandi di kali pengantin,
 Memakai jarik ketika proses mandi tersebut,
 Menyiapkan kembang tujuh rupa (berfungsi agar membuat wangi perempuan yang belum menemukan jodohnya tersebut,
 Menyiapkan dupa atau sesaji guna diletakkan di pinggir sungai (berfungsi agar upacara yang dilakukan pada malam itu terasa rumesep)
 Ketika upacara Jatukraman tersebut selesai, laki-laki siapa saja yang mendekati adalah merupakan jodoh yang dicari selama ini.
Tata cara:
 Perempuan yang belum menemukan jodoh tersebut di iring dari rumah sesepuh desa menuju kali pengantin mengenakan kebaya lengkap,
 Sesampainya di kali pengantin perempuan mengganti pakaian kebaya dengan hanya mengenakan jarik (seperti wanita jaman dahulu ketika mandi (kembenan)),
 Membaca doa yang akan dituntun oleh sesepuh desa atau juru kunci kali pengantin,
 Mengambil air sungai tersebut kemudian dicampurkan dengan kembang tujuh rupa kemudian disiramkan di seluruh tubuh, tahap ini tidak dilakukan sendiri tetapi oleh juru kunci (mandi disini hanya sebagai syarat guna menghilangkan kotoran yang ada didalam diri yang berakibat sulit menemukan jodoh),
 Pembacaan doa oleh juru kunci,
 Setelah selesai perempuan tersebut diiring kembali menuju rumah juru kunci guna istirahat.
Upacara ini tergolong upacara yang jarang sekali dilakukan, hanya ketika ada perempuan yang minta pertolongan guna mencarikan jodoh. Dan diharapkan dengan upacara ini perempuan yang sulit menemukan jodoh tersebut segera mendapatkan jodoh. Uniknya setelah beberapa minggu upacara berlangsung, perempuan tersebut langsung menemukan jodohnya. Hal ini dikarenakan kepercayaan yang kuat yang mengalir pada diri perempuan tersebut dan masyarakat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar