sug_rwuh
Senin, 07 Juni 2010
Permainan Rakyat
Setiap bangsa di dunia ini mempunyai permainan rakyay. Kegiatan ini juga termasuk folklore karena diperoleh melalui warisan lisan. Hal ini terutama berlaku pada permainan rakyat kanak-kanak, karena permainan ini disebarkan hamper murni melalui tradisi lisan dan banyak di antaranya disebarluaskan tanpa bantuan orang dewasa seperti orang tua mereka atau guru sekolah mereka.
Permainan rakyat di dunia ini untuk orang dewasa maupun untuk anak-anak, biasanya berdasarkan gerak tubuh seperti lari dan lompat atau berdasarkan kegiatan social sederhana seperti kejar-kejaran, sembunyi-sembunyian dan berkelahi-kelahian atau berdasarkan matematika dasar atau kecekatan tangan seperti menghitung dan melempar batu ke suatu lubang tertentu atau berdasarkan keadaan untung-untungan seperti main dadu (Brunvand,1968:227).
Berdasarkan perbedaan sifat permainan, maka permainan rakyat (folk games) dapat dibagi dua golongan besar, yaitu permainan untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (game). Perbedaan permainan bermain dan permainan bertanding adalah bahwa yang pertama lebih bersifat untuk mengisi waktu senggang atau rekreasi, sedangkan yang kedua bersifat kurang mempunyai sifat itu. Namun yang kedua hamper selalu mempunyai lima sifst khusus, seperti terorganisasi, perlombaan,harus dimainkan palinh sedikit oleh dua orang peserta, mempunyai criteria yang menentukan siapa yang menang dan yang kalah, mempunyai peraturan permainan yang telah diterima bersama oleh para pesertanya (Roberts, Arth, dan Bush, 1959:597).
Selanjutnya permainan bertanding dapat pula dibagi ke dalam permainan bertanding yang bersifat keterampilan fisik, permainan bertanding yang bersifat siasat, dan permainan bertanding yang bersifat untung-untungan (Roberth dan Sutton Smith, 1971:466).
Permainan rakyat yang berhasil kami temukan di eks karesidenan Semarang ini antara lain:
1. Bekelan
Bekelan merupakan permainan menggunakan bola karet dan biji-bijian yang terbuat dari kuningan. Cara bermainya adalah dengan melempar bola karet ke atas untuk ditangkap kembali setelah bola menyentuh tanah sambil sekaligus meraup beberapa butir kuningan yang ada di lantai.
Bekelan diminati dari anak-anak sampai usia SMP. Dari zaman dahulu sampai sekarang. Bekel dijual di pasar, di toko dan di penjual keliling. Biji-bijian sekarang ini diganti dengan bukur (kulit kerang kecil) dan tutup botol dalam jumlah yang sama.
2. Sudamanda
Merupakan permainan yang mengandalkan kelincahan gerak tubuh atau kaki. Karena dalam permainan ini yang paling dominan adalah lompatan kaki. Pertama-tama dibuat garis kotak-kotak di lantai. Tiap kotakan luasnya sekitar 40x40cm, dan dibutuhkan pecahan genting sebagai penanda setiap anak yang bermain. Cara bermainya pecahan genting dilempar ke dalam salah satu kotak, dan yang sedang mendapat giliran bermain harus melewayi setiap kotakan kecuali kotak yang ada pecahan gentingnya,dengan cara melompat-lompat.
3. Setinan (kelereng)
Di eks karisidenan Semarang setinan ada juga yang biasa menyebut dengan nekeran. Yaitu permainan anak dengan menggunakan kelereng. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak laki-laki. Bagi yang bisa mengenai, kelereng itu menjadi miliknya. Permainan ini cenderung musiman, kadang dilakukan di musim kemarau. Saat sore hari sepulang sekolah dan biasanya hingga malam hari.
4. Layangan
Sama seperti di daerah-daerah yang lain permainan layanan adalah bermain layang-layang, biasanya permainan ini dilakukan oleh anak laki-laki, namun bila sedang musim angin orang dewasa pun gemar memainkanya sebagai hiburan.
Laying-layang itu terbuat dari kertas yang mudah terbang, dan kerangkanya dari bamboo dan benang. Namun akhir-akhir ini ,layangan bisa dimodifikasi menurut kemauan pembuatnya. Dan sekarang tidak perlu ribet membuat, cukup membeli saja.
Biasanya anak-anak mengadakan perlombaan sendiri, barangsiapa bisa memutuskan tali layangan lawan, layangan yang telah diputus menjadi milik yang menang. Dan di eks karisidenan Semarang sendiri pernah mengadakan perlombaan layangan.
5. Plintengan
Plintengan adalah permainan dengan menggunakan ketapel, atau di daerah semarang biasa disebut plintheng. Plintheng digunakan untuk bermain perang-perangan atau untuk memburu burung atau hewan-hewan kecil lainya. Caranya yaitu dengan meletakkan batu atau biji-bijian yang keras sebagai peluru untuk ditembakkan dengan plintheng tersebut. Sasaran dari plintengan itu bermacam-macam, ada juga burung, mangga atau buah-buahan yang lainnya, juga ada yang menjadikan binatang-binatang dijadikan sasaran permainan mereka.
6. Yoyo
Permainan yoyo adalah permainan yang sudah tidak asing lagi dikalangan anak-anak. Yoyo adalah sebuah permainan yang terbuat dari kayu, berbentuk bulat dan di tengahnya diberi tali sehinnga kayu dapat diputar dan di naik turunkan. Gaya permainan yoyo pun bermacam-maccam. Ada yang digerakkan menyamping, ke atas bawah, ke depan belakang, tergantung pemainnya.
Yoyo pada masa sekarang ini sudah dapat dibuat dari bahan yang menarik dan ada juga yang diberi lampu, agar menarik hati.
7. Jamuran
Permainan jamuran hampir ada di semua daerah di Jawa Tengah. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak sambil menyanyikan lagu jamuran. Jamuran dilakukan oleh beberapa anak. Cara bermainnya yaitu beberapa anak tersebut mengkaitkan tangan–tangan mereka sehingga membentuk sebuah lingkaran dan salah satu anak ada yang berada di tengah-tengah. Setelah selesai menyanyikan lagu, anak yang berada di tengah menyebutkan salah satu jamur sesuai keinginannya. Kemudian anak-anak yang lain melakukan jamur apa yang diinginkan.
8. Thong-thong Bolong
Permaianan yang dilakukan oleh beberapa anak dengan tangan dikepal dan disusun ke atas. Dan salah satu anak menunjukkan jari telunjuknya ke kepalan tangan yang sudah disusun sambil menyanyikan lagu thong-thong bolong. Dan bila lagu sudah selesai, tangan yang paling bawah melepaskan kepalannya. Begitu seterusnya diulang lagunya sampai tangan yang paling atas.
9. Cublek-cublek Suweng
Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak. Salah satu anak telungkup sedangkan yang lainnya menaruh tangan mereka di atas punggung anak yang telungkup tadi sambil menyanyikan lagu cublek-cublek suweng. Dari beberapa anak yang main itu ada satu anak yang dalam kepalan tangannya terdapat batu. Disinilah anak yang telungkup menebak pada siapa batu itu berada. Jika tebakannya benar maka anak yang membawa batu itu yang harus menggantikannya, dan jika tebakannya salah maka anak tersebut terus bermain.
10. Patungan
Patungan sudah lazim dimainkan oleh anak-anak di berbagai daerah di Jawa Tengah. Cara memainkan permainan ini yaitu sebelumnya para pemain melakukan hompimpah terlebih dahulu. Bagi dia yang kalah, dia menghitung dari satu sampai sepuluh. Dalam hitungan kesepuluh anak-anak yang lain harus menjadi patung. Jika ada yang bergerak maka dia yang jadi.
11. Do mi ka do
Permainan yang dilakukan oleh beberapa anak minimal 2 anak. Dengan cara menepukkan tangan ke tangan teman yang lain secara berputar sambil bernyanyi do mi ka do. Pada saat lagu selesai di suku kata yang terakhir jangan sampai tangan terkena tepukan teman.
12. Jlumpet
Permainan jumplet tidak ditentukan berapa jumlah pemainnya. Sebelumnya anak-anak menggambar lingkaran di tanah. Di dalam lingkaran tadi ada beberapa pecahan genting. Anak yang mendapat giliran jaga bertugas menyusun genting tersebut menjadi gunungan. Anak yang lain bersembunyi selama anak yang bertugas menjaga menyusun genting. Setelah itu ia mencari anak-anak lain yang bersembunyi sambil menjaga susunan genting yang ia buat jangan sampai susunan tersebut dirobohkan oleh anak yang keluar dari persembunyian. Jika sampai ada anak yang berhasil merobohkannya maka ia bertugas menjaga lagi.
13. Dakonan
Permainan dakon dikenal sebagai permainan tradisional masyarakat Jawa sekalipun permainan ini dikenal juga di daerah lain. Pada masa lalu permainan ini sangat lazim dimainkan oleh anak-anak bahkan remaja wanita. Tidak ada yang tahu mengapa permainan ini identik dengan dunia wanita. Menurut beberapa pendapat karena permainan ini identik atau berhubungan erat dengan manajemen atau pengelolaan keuangan. Pada masa lalu (bahkan hingga kini) kaum hawa disadari atau tidak berperanan penting dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Dakon dianggap menjadi sarana pelatihan terhadap pengelolaan atau manajemen keuangan tersebut. Untuk kaum adam mungkin permainan semacam ini dianggap terlalu feminine, kurang menantang, tidak memerlukan kegiatan otot dan pengerahan tenaga yang lebih banyak. Jadi, barangkali dianggap terlalu lembut.
Pada saat sekarang permainan dakon ini boleh dikatakan tidak ada lagi. Anak-anak putri sekarang lebih tertarik bermain boneka Barbie, melihat sinetron, atau bermainn play station. Permainan dakon barangkali dianggap telah kuno, ketinggalan zaman, atau bahkan dianggap udik.
Umumnya permainan dakon pada zaman dulu dilakukan di pendapa, beranda rumah, atau di bawah pohon yang rindang dengan terlebih dulu menggelar tikar. Untuk memulai permainan yang melibatkan dua orang ini, keduanya akan mengundi atau ping sut untuk menentukan siapa yang jalan duluan.
Lubang pada papan dakon berjumlah 16 buah. Masing-masing sisi papan dakon terdapat 7 buah lubang dan 2 buah lubang di masing-masing pojokan/ujung papannya. Untuk memainkannya biasanya diperlukan biji-bijian untuk isian lubang-lubangnya. Umumnya biji yang digunakan untuk permainan ini adalah biji buah sawo. Mengapa biji buah sawo ? Jawabannya adalah karena tanaman sawo umumnya terdapat di hampir semua pekarangan (depan) rumah-rumah Jawa di masa lalu, khususnya rumah-rumah orang yang cukup mampu. Lebih-lebih rumah ningrat yang memiliki pendapa. Kecuali itu butiran biji sawo tidak terlalu kecil untuk dicomot. Permukaannya licin sehingga cukup mudah untuk diluncurkan dari genggaman sekaligus cukup mudah juga untuk digenggam telapak tangan. Selain itu, biji buah sawo yang dinamakan kecik itu secara visual memang tampak lebih eksotik (barangkali).
Untuk permainan dakon yang juga dinamakan congklak itu diperlukan 98 buah biji sawo. Masing-masing sisi dakon yang memiliki 7 buah lubang itu diisi 7 buah biji untuk masing-masing lubangnya. Jadi, masing-masing pemain memiliki 49 buah biji kecik yang siap dijalankan. Sedangkan lubang di bagian ujung (pojok) dakon dikosongkan untuk menampung sisa biji ketika permainan dijalankan.
Dengan permainan itu kita telah dilatih untuk terampil, cermat, sportif, jujur, adil, tepa selira, dan akrab dengan orang lain (teman).
Permainan dakon dilakukan menggunakan alat yang menyerupai lesung dan menggunakan biji-bijian atau batu kerikil.
14. Gobag Sodor
Bentuk Permainan terdiri dari 2 (dua) regu dengan jumlah pemain tiap regunya berjumlah 5 pemain dan 1 cadangan. Dengan fungsi tugas sebagai penjaga lini depan, penjaga lini tengah blkng, penjaga lini tengah, ragilan (penjaga lini belakang), sodor dan pemain cadangan. Permainan ini diawasi oleh 1 orang yuri dan 1 pembantu yuri. Boleh putra atau putri atau campuran.
Aturan permainan :
Permainan.berlangsung 2 x 25 menit, dengan waktu jeda istirahat 5 menit
Permainan dimulai dengan cara undi/suit, yang kalah jaga lini, kemudian yang bermain mulai mengatur strategi untuk masuk / melewati garis jangan sampai terpegang oleh penjaga lini, sampai lini paling belakang, kemudian kembali ke depan.
Pemain jaga bebas bergerak didalam lininya (kekanan-kiri)
Pemain bebas menentukan dari arah mana ia akan melewati lini masuk kearea bebas di depannya.
Game diperoleh setelah salah satu pemain bisa melewati semua garis pertahanan kemudian kembali ke depan semua. Pemain tidak boleh kembali melewati lini depan sebelum semua teman pemain melewati lini pertama / masih di luar
Score dihitung
Dikatakan berhenti ketika ada pemain yang bermain tertangkap oleh penjaga lini maupun penjaga sodor, dan mengakibatkan pergantian regu penjaga dan regu yang bermain.
15. Jirak Pentil
Bentuk Permainan beregu dengan jumlah pemain tak terbatas dan saling berpasangan,waktu bermain dibatasi 2x25 menit ditambah istirahat 10 menit. Pemain bisa diganti dengan cadangan maksimal 2 orang untuk tiap regu. Alat Permainannya yaitu, alat permainan kayu berbentuk lingkaran diameter 15 cm dan sebuah benda kecil dengan panjang 3 cm dan besar 2 cm didirikan diatas lingkaran. Alat pelempar terbuat dari kayu ringan, berbentuk lingkaran diameter 15 cm. Tempat bermain di lapangan terbuka dengan ukuran menyesuaikan kondisi. Jarak antara jirak 1 dengan yang lain kurang lebih 5 meter.
Cara Bermain :
Menentukan pemain awal dengan cara undi / suit. ( Regu A / Regu B )
Regu A Nomer 1 melempar jirak musuh, apabila bisa menjatuhkan biji penthilnya ke tanah, regunya akan berlari mundur dan dikejar oleh lawannya sampai tertangkap oleh pasangannya, kemudian pasangan lawan akan menggendongnya sampai garis batas wilayah pertahanan regu yang digendhongnya. (score 1 untuk regu yang bisa menjatuhkan jiraknya), demikian seterusnya.
Apabila Pelemparan pertama tidak kena sasaran sehingga penthilnya tidak jatuh ke tanah maka pelempar berganti ke regu B no. 1, demikian seterusnya.
16. Betengan
Bentuk Permainan beregu dengan jumlah anggota 1 (satu) regu ada 5 pemain, permainan berlangsung 2 x 15 menit, dengan waktu jeda istirahat 5 menit. Score dihitung dengan menghitung berapa kali menyentuh beteng. Alat Bantu Permainannya yaitu, pancang / patok / atau apa saja yang dianggap beteng, bendera.
Aturan Permainan :
Pancang merupakan sebuah beteng yang harus dipertahankan, jangan sampai dapat disentuh oleh puhak lawan, karena apabila tersentuk berarti merupakan kekalahan.
Jarak beteng 1 dengan yang lain + 5 m
No 1 A keluar berusaha menyentuh beteng B, no 1 B keluar untuk menangkap 1A dan apabila dapat ditangkap berstatus tahanan di beteng B, dan 2/ A berhak menangkap 1/ B; 1/ B tidak boleh menangkap 2/ B ( kalah derajat, atau dengan istilah jawa "dhuwur aku", “ tuwa aku ” dst.nya)
Tahanan bisa dibebaskan oleh temannya dengan cara disentuh, dan lari ke beteng asalnya.
Apabila Beteng B tersentuh oleh pihak lawan dan atau sebaliknya, maka yang tersentuh dianggap kalah. Score 1 untuk regu yang menyentuhnya.
Dalam hal ini peran Yuri betul-betul harus teliti khususnya dalam hal mengamati "derajat seseorang pemain".
17. Gamparan (Kopral)
Bentuk Permainannya bisa dilaksanakan secara perorangan, bisa juga dengan beregu. Alat permainannya yaitu, batu sebagai tonggak yang dijatuhkan ukuran + tinggi 10 cm lebar 5 cm tebal 2 cm. Batu sebagai pemukul tonggak (biasa dinamakan "gacuk"), ukuran selera. Ukuran lapangan Pertandingannya, tonggak batu dengan garis tembak 2 meter dan 5 meter, jarak tonggak satu dengan tonggal yang lain 30 cm, areal bebas belakang tonggak batu untuk menghindari imbasan tembakan batu.
Aturan Pertandingan :
Tiap anggota harus berhasil melaksanakan 4 (empat) tahapan, yaitu :
Memakai telapak kaki bagian atas, batu diletakkan diatasnya. Lemparan sedekat mungkin ke batu tonggak musuh yang akan dijatuhkan (apabila terkena langsung lolos ke tahap, kalau tidak kena harus menembak memakai tangan tapi lewat bawah selangkang dengan kaki jongkok dan tangan kanan lewat belakang) / gagal berhenti.
Tembakan dengan diawali satu langkah ke depan dari garis tembak / gagal berhenti.
Tembakan langsung dari garis tembak / gagal berhenti
Tembakan dengan menggunakan "angklek" berjalan dengan gacok tembak di kaki kanan/kiri, berjalan menuju tonggak batu sedekat mungkin, kemudian gacok ditembakkan. / gagal berhenti.
Score dihitung dengan cara satu anggota berhasil 4 tahapan dinilai 1. Contoh dengan 5 anggota maksimal nilai 5 x 1 = 5. Permainan hanya berlangsung 1 kali untuk 1 regu, kemudian digantikan dengan regu berikutnya, demikian seterusnya. ( bisa ditambah apabila dikehendaki ).
18. Benthik
Bentuk Permainannya yaitu, beregu dengan jumlah anggota 1 (satu) regu ada 2, 3, sampai 5 pemain. Permainan berlangsung 2 x 25 menit, dengan waktu jeda istirahat 5 menit. Score dihitung dengan menghitung berapa m / hitungan panjang yang diperoleh melalui jauhnya pukulan tahap 1 + tahap 2 + tahap 3 atau pengembalian lawan. Alat permainannya yaitu, induk benthik terbuat dari kayu dengan garis tengah 3 – 5 cm ukuran 30 – 40 cm. Anak benthik/janakan dengan ukuran 1/3 panjang induk .Lobang untuk pengungkit anak benthik alam + 3cm. Ukuran lapangan Pertandingannya yaitu, garis tunggu pemain, dengan lebar kurang lebih 1 meter. Arena bebas untuk pemain jaga sepanjang kurang lebih 50 meter
Aturan Permainan :
Untuk menentukan bermain atau jaga melalui undi/suit
Pemain dimulai dari no 1 melaksanakan tugas dengan melaksanakan 4 tahap :
Tahap 1 : mengungkit anak benthik sejauh mungkin, kalau tertangkap dianggap mati, dilanjutkan pemain berikutnya. Regu jaga mendapatkan point plus 10.
Tahap 2 :melakukan pemukulan anak benthik memakai indhuk dengan dilempar melalui telapak tangan kiri bagian atas yang kiri dan dipukul dengan tangan kanan.
Tahap 3 : memukul anak benthik dengan indhuk melalui cara meletakkan anak benthik di samping indhuk pada satu tangan kemudian di lempar dan dipukul sejauh mungkin, regu jaga berusaha menangkap kalau tidak tertangkap diambil dan dilempar kembali sedekat mungkin ke lobang pengungkit, dan pemain berusaha memukul kembali untuk mendapatkan jarak ukur yang jauh.
Tahap 4: memukul anak benthik dengan indhuk melalui cara anak benthik diletakkan di lobang ungkit mengarah / serong keatas kemudian dipukul dengan memakai indhuk. Ada nilai tambah pada tahap ini, apa bila bisa memukul ganda akan dilipatkan 2, ganda tiga lipat 3 dan seterusnya dari hasil pengukuran.
19. Trek (anggar Jawa)
Bentuk Permainannya yaitu, beregu dengan jumlah anggota 1 (satu) regu ada 5 pemain. Permainan tidak dibatasi waktu, tetapi berdasarkan perolehan kemenangan. Score dihitung dengan menghitung anggota yang berhasil menjatuhkan lawan tandingnya. Alat Permainannya yaitu, terbuat dari bambu yang dipipihkan dan diraut dengan halus, menyerupai alat olahraga anggar, sehingga tidak membekas luka / merobek apabila terkena kulit kaki. Panjang bambu 125 cm termasuk tangkai. Sedangkan cara Permainannya yaitu, pertandingan berpasangan, kemudian bagi yang dapat menyentuh paha ke bawah dianggap menang, pemenang boleh istirahat, menunggu hasil teman yang lain. Hasil akhir dihitung tiap regu, berapa anggota yang berhasil.
20. Sepaksepong
Bentuk Permainannya hampir sama dengan permainan olah raga sepakbola, tetapi bola yang dipakai adalah bola plastik / gabus. Perbedaannya terletak pada gawang yang dipakai yaitu sebuah batu bata merah didirikan memanjang ke atas. Ukuran lapangan tergantung kebutuhan, berbentuk persegi panjang dan dibelah dengan garis tengah dan titik pusat lapangan. Dibuat titik finalti di depan gawang dengan jarak kurang lebih 8 – 11 meter (menyesuaikan ukuran lapangan yang digunakan).
Aturan Bermain :
Tidak ada hukuman offside
Jumlah pemain bisa diperkecil minimal 5 pemain dan 1 penjaga gawang pada tiap regunya.
Score dihitung dari berapa kali batu bata merah itu bisa dijatuhkan, untuk masing-masing regu.
Waktu bermain 2 x 25 menit dengan istirahat 10 menit
21. Sarsur Kulonan
Permainan ini dilakukan secara beregu dengan jumlah anggota 1 (satu) regu ada 6 pemain. Permainan dibatasi waktu ( inning ) satu inning selama 15 menit, permainan berlangsung 2 x 15 menit, dengan waktu jeda istirahat 5 menit. Score dihitung dengan menghitung berapa kali memperoleh game. Alat Permainannya berupa Pancang , pathok atau apa saja untuk bascamp per kelompok.
Aturan Bermain :
Masing-masing menyebutkan nama anggotanya. Selanjutnya maju secara bergantian. Membisikkan nama pada yuri 1 (bertindak sebagai induk). Apabila yang maju lolos dari tembakan maka dilanjutkan anggota yang lain, demikian seterusnya sampai ada yang tertembak.
Yang tertembak ( dengan teriakan dari yuri DHUULL) seluruh anggota diwajibkan menggendhong / atau apa saja hukuman badhan yang telah disepakati. Misalnya menggendhong lawan yang menang ke arah wilayah pemenang sekaligus untuk pergantian tempat.
22. Sletokan ( bedhil-bedhilan )
Sletokan dilakukan secara beregu dengan jumlah pemain bebas. Alat Permainannya ada 2 macam antara lain, laras senapan dengan diameter kecil , kurang lebih 1,5 cm dengan peluru dari bunga jambu, bunga lamtoro atau kertas yang dipadatkan. Penyodoknya dari bamboo yang dipukul-pukul hingga berserabut. Laras senapan agak besar dengan amunisi yang terbuat dari air yang disemprotkan. Penyodoknya terbuat dari bamboo yang ujungnya diberi kelep kain/karet. Untuk amunisi air bisa diberi pewarna yang berlainan antara regu satu dengan lainnya. Pewarna sebaiknya dicarikan yang mudah dicuci dan mudah dihilangkan nodanya.
Cara Bermain :
Masing-masing regu mengambil jarang kurang lebih 5 meter.
Boleh memilih tempat yang ada perlindungannya (pohon dll).
Bagi yang terkena tembakan dianggap sudah mati.
Pemenang ditentukan dengan menghitung jumlah sisa anggota kelompok yang tidak terkena tembakan.
23. Egrang
Salah satu jenis permainan tradisional Jawa apa yang dikenal sebagai egrang. Permainan ini mengandaikan pemakai/relasinya lebih tinggi posisinya. Diluar ukuran tinggi manusia. Bahan yang dipakai sebagai egrang adalah bambu, yang dibuat meyerupai tangga, tetapi tangganya hanya satu. Kapan orang memakai egrang kakinya dinaikan di atas satu tangga, atau pustep kalau meminjam istilah sepeda motor, untuk kemudian berjalan. Jadi, pemakai egrang naik diatas bambu yang dibuat sebagai jenis mainan dan kemudian berjalan kaki.
Karena itu, orang yang memakai egrang perlu melewati proses belajar dulu, karena membutuhkan keseimbangan. Kapan keseimbangan tidak terpenuhi orang bisa jatuh dari egrang. Siapapun bisa menggunakan egrang, tidak harus anak-anak, orang dewasapun bisa menggunakannya.
Egrang bentuknya bisa pendek, tetapi bisa pula tinggi. Yang pasti, kapan orang bermain egrang, posisi tubuhnya menjadi jauh lebih tinggi dari tubuh yang sebenarnya. Persis seperti orang berdiri di tangga, atau naik di atas meja.
Permainan egrang yang sedang dilombakan menggunakan pakaian adat semarang
Egrang adalah salah satu jenis permainan yang terbuat dari bambu dan dirangkai menjadi kaki beserta telapak kaki sebagai alasnya. Tinggi bambu untuk kaki, tergantung dari selera masing-masing. Jika seseorang menggunakan egrang, yang tampak ia akan kelihatan lebih tinggi. Bukan hanya itu, pada dekade tahun 80-an, egrang kerap dijadikan sebagai ajang permainan maupun perlombaan, dari balap lari ataupun sepak bola dan berbagai jenis permainan lainnya.
Selain dari bambu, egrang atau yang juga dikenal dengan arul, sering menggunakan bahan lain, yakni dari batok kelapa sebagai alas kaki yang diberi tali untuk pegangan tangan. Namun egrang jenis ini, hanya sedikit bisa menambah tinggi sang pemakai.
Harus diakui, dalam perkembangannya permainan tradisional yang satu ini memang semakin tersingkir oleh banyaknya permainan modern, seperti mobil tamiya, WD, hingga permainan teknologi yang menyihir anak-anak khususnya seperti Byblade, Crush Gear ada juga Play Station (PS), Video Games dan seabrek mainan canggih lainnya. Ini yang semakin membuat sebagian orang, khususnya anak-anak memilih berpaling pada permainan modern tersebut.
Berhati-hati adalah kunci yang tepat untuk memainkan egrang, karena salah keseimbangan risikonya terjatuh. Mainan asal Jawa ini, juga sangat baik untuk melatih otot tangan dan kaki, serta menciptakan keseimbangan badan.
Permainan egrang biasa dimainkan oleh anak laki-laki usia 10 – 15 tahun. Namun kadang juga dimainkan oleh anak perempuan juga orang yang sudah dewasa.Para pemain egrang diharuskan menjalankan egrangnya dengan cara menginjakkan telapak kakinya pada siku-siku yang terdapat pada egrang bagian bawah. Panjang egrang berkisar antara 1,5 meter sampai 2 meter, sedangkan tinggi siku-siku egrang untuk temp-at berpijak kurang lebih 30 cm – 50 cm dari ujung egrang bagian bawah. Permainan egrang bisa dilombakan dengan menilai cepatnya menjalankan egrang dan paling sedikit melakukan kesalahan ( jatuh, dll) dari garis start menuju garis finis dengan jarak yang sudah disepakati bersama. Yang menang mendapat hadiah apabila dilombakan, dan atau yang kalah dihukum dengan hukuman yang telah disepakati bersama.
24. Bakiyak Panjang
Bakiyak yang di dalam istilah Jawa disebut teklek, adalah semacam sandal yang terbuat dari kayu, ada juga yang menamkannya terompah. Biasanya bakiyak atau teklek ini dipakai ketika akan pergia ke surau atau langgar untuk berjamaah solat magrib, dan apabila dipakai berjalan akan mengeluarkan bunyi yang khas. Untuk memeriahlan Idul Fitri mereka membuat teklek dengan ukuran panjang dipakai oleh beberapa orang.
Adapun permaian bakiyak panjang satu pasang bakiyak dengan ukuran panjang tertentu yang bisa dipakai untuk 3 (tiga) orang. Ukuran panjang 100 cm lebar 25 cm. Apabila dilombakan dengan cara berjalan dari garis start menuju garis finis dengan siapa yang paling cepat mencapai garis finis dan dengan paling sedikit melakukan kesalahan.
25. Kendhi Gerit
Bentuk Permainannya adalah berpasangan, minimal 5 pasang, waktu bertanding dibatasi kurang lebih 20 menit. Untuk meraih point penuh terjadi karena menyelesaikan satu putaran segi lima penuh. Lapangannya berbentuk lingkaran dibagi menjadi lima titik beraturan beraturan dengan panjang sisinya kuranglebih 3 meter, garis lingkaran ditebalkan, dan pada tiap titik sudut segilima diberi tanda pancang. Alat Bantu Permainannya dengan menggunakan bola kecil ( tenes atau boks merah ), pancang dan bendera.
Cara Bermain:
Untuk menentukan kelompok bermain dan jaga dengan cara suit. ( yang menang digendong dan yang kalah menggendong) dengan cara suit.
Pemain no. 1 melempar bola dan harus ditangkap oleh Pemain nomor 2, kalau berhasil ditangkap pasangan gendhong berjalan ke titik di depannya, apabila bola tidak tertangkap maka posisi bermain berganti, kelompok yang menggendhong berganti menjadi yang digendhong.
Apabila selamat satu putaran ( dari posisi awal kembali kembali ke awal ) mendapat point 1, dan secara otomatis bergantri main.
Untuk meraih point penuh terjadi karena menyelesaikan satu putaran segi lima penuh.
26. Kasti
Kasti salah satu permainan tradisional yang masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat kanak-kanak. Namun pada era akhir-akhir ini merambah ke dunia ibu-ibu dan kadang bapak-bapak juga ikut serta memainkan permainan kasti. Permainan kasti tempo dulu dapat dimainkan oleh 3, atu 4, atau berapa saja jumlah pemain yang ada, tidak harus sekian anak jumlahnya. Pada saat sekarang ini biasanya olah raga kasti sudah berpedoman resmi yang dikeluarkan oleh depdiknas sesi olah raga, yakni dengan jumlah anggota pemain tiap regunya sejumlah 12 (duabelas) orang, yuri 3 (tiga) orang, dan boleh melakukan pergantian pemain sebanyak 5 (lima) kali. Bentuk Lapangannya persegi panjang dengan ukuran panjang 60 cm lebar 40 cm, minimal p x l berbanding 2 : 1, tiang pertolongan dengan jarak 5 m dari ruang bebas/ruang tunggu regu yang bermain, tiang bebas terdiri dari 2 tiang berbendera merah, alat pemukul terbuat dari kayu dan bola karet berisi ijuk / kenyal / tidak terlalu keras. Bentuk Permainannya beregu dengan jumlah pemain yang saat ini berkembang tiap regubya 12 pemain. Waktu bertandingpun dibatasi dengan waktu yang telah ditentukan, yakni 2 x 25 menit dengan istirahat 10 menit.
Cara Bermain:
Kelompok membagi pemain dengan memberikan nomor urut.
Kelompok jaga berkewajiban memberi umpan dengan baik.
Nilai pukulan, terbagai sebagai berikut :
Tidak kena bernilai 0, dan hanya boleh lari melalui tiang pertolongan terlebih dahulu, setelah itu baru diperbolehkan melanjutkan ke tiang bebas dan kembali ke ruang tunggu, tanpa nilai tambahan.
Berhasil memukul bernilai pen / titik dan apabila berhasil kembali namun harus berhenti terlebih dahulu pada tiang pertolongan atau tiang bebas, nilai pen berubah menjadi 1.
Berhasil memukul bernilai pen / titik dan apabila berhasil kembali tanpa harus berhenti terlebih dahulu pada tiang pertolongan atau tiang bebas dalam satu pukulan, disebut ren ,nilai pen berubah menjadi 2.
Alat pemukul keluar dari kotak arena pemain dianggap nol, kecuali dibetulkan kembali dan pemain harus segera berlari untuk menyelamatkan diri.
Party jaga dapat menangkap bola bernolai plus 1.
Party main menurunkan sesuai nomor urut.
Apabila telah habis anggota, pemain terakhir diberi kesempatan memukul ulang maksimal 3x dan apabila ridak ada yang kembali ke arena tunggu, maka dianggap mati.
Pukulan mengenai kepala dianggap tidak sah.
Penentuan kemenangan:
Setelah habis waktu ronde ke dua (satu ronde 25 menit diselingi 10 menit isrirahat), maka diadakan penghitungan nilai yang diraih oleh masing-masing kelompok.
Nilai tangkap bola ditambahkan kepada kelompok yang berhasil menagkap bola.
27. Dhingklik Oglak-aglik
Dhingkilk oglak aglik adalah permainan anak-anak usia 8 – 15 tahun. Permainan ini sangat sederhana tanpa alat bantu apapun, hanya menggunakan anggota tubuh masing- masing. Permainan ini berbentuk kelompok, tiap kelompok anggotanya minimal 3 oarang. Awal mula permainan para anggota saling berhadapan, kemudian dengan sebuah aba-aba mereka saling membelakangi dan salah satu kakinya / kaki kanan saling mengait sehinga seakan terkunci. Apabila seluruh kelompok sudah selesai mengaitkan kaki-kaki mereka kemudian sambil bertepuk tangan dan sedikit lonjakan untuk berjalan ke tempat yang ditentukan, para anggota menyanyikan lagu-lagu riang. Apabila ada yang jatuh atau terlepas kaitan kakinya dianggap kalah.
28. Cek- cue
Permainan cekcue biasanya dimainkan oleh para remaja putri. Tapi tidak ada salahnya kalu remaja putranyapun kadang ikut memeriahkannya. Dengan alat bantu permainan yang sangat sederhana, yakni pucuk pohon perdu yang kurang berguna, biasanya tanaman yang tumbuh dipagar semacam bunga sepatu atau bunga wora-wari atau ada juga yang menyebutnya daun ting-ting. Sebelum permainan dimuali para pemain menyiapkan sendiri alat bermainnya tali sebesar atau sebanyak satu genggaman kemudian diikat erat menjadi satu dengan tali yang lunak. Yang sudah mengalami jatuh ditengah perjalan, dinyatakan harus berhenti, dicatat score keberhasilannya kemudian , dilanjutkan tahapan berikutnya. Yang masih lolos diteruskan sampai selesai jatuh, dihitung scorenya, kemudian memasuki tahap berikutnya, demikian seterusnya masing-masing tahap dicatat hasil perolehannya masing-masing tiga tahap. Tidak memerlukan tempat khusus, jadi pemain bebas memilih tempat bermainnya.
Ada beberapa tahapan permainan cekcue ini :
Tahap 1 : Cekcue dilemparkan memakai telapak kaki bagian atas berulangkali dan dihitung berapa kali hasil tendangan llewat kaki itu berhasil dilakukakn.
Tahap 2 : Cekcue dilemparkan dan ditendang lagi keatas memakai telapak kaki bagian dalam/kiri berulangkali dan dihitung berapa kali hasil tendangan lewat kaki itu berhasil dilakukakan.
Tahap 3 :Cekcue dilemparkan dan ditendang lagi keatas memakai telapak kaki bagian luar/kanan atas berulangkali dan dihitung berapa kali hasil tendangan llewat kaki itu berhasil dilakukakan.
29. Prentho
Permainan rakyat yang masih dilakukan hingga saat ini ialah Prentho, di daerah Kendal ada yang menyebutnya Rinso. Pada umumnya, permainan ini dilakukan ketika anak-anak masih berumur 6 sampai 12 tahun. Biasanya pada jam jam istirahat di sekolah ataupun ketika liburan permainan ini masih banyak di jumpai di pedesaan-pedesaan yang ada di Eks Karisidenan Semarang. Banyak anak-anak yang masih menyukai permainan ini. Permainan sederhana ini juga sering di masukan dalam praktik pada pelajaran Olahraga di sekolah dasar (SD).
Permainan ini berupa Lompatan yang terbuat dari karet yang dirangkai seperti tali memanjang. Pemainnya tidak ditentukan, minimal tiga anak. Dua anak yang memainkan tali sedangkan yang lainnya melompat-lompat di dalam putaran-putaran karet itu. Selai itu dapat juga berkelompok lebih dari 5 orang.
30. Gasing
Gasing merupakan salah satu permainan tradisional Nusantara, walaupun sejarah penyebarannya belum diketahui secara pasti. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa. Biasanya, dilakukan di pekarangan rumah yang kondisi tanahnya keras dan datar. Permainan gasing dapat dilakukan secara perorangan ataupun beregu dengan jumlah pemain yang bervariasi, menurut kebiasaan di daerah masing-masing. Hingga kini, gasing masih sangat populer dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan warga di kepulauan Rian rutin menyelenggarakan kompetisi. Sementara di Demak,biasanya gasing dimainkan saat pergantian musim hujan ke musim kemarau. di kampung saya bengkulu ramai-ramai memainkan gasing saat perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharram.
31. Lais
Lais merupakan jenis permainan tradisional di kecamatan plantungan kabupaten Kendal. Permainan ini bernilai mistik, karena dari tata cara permainan bahkan syarat-syarat dari pemain itu sendiri. Permainan lais sering dinamakan sebagai permainan seni pertunjukkan sulap, sering dilakukan ketika ada pesta-pesta besar di desa terebut. Tata cara permainan lais adalah sebagai berikut:
Disekeliling lapangan pertunjukkan, diberi dupa atau sesaji secukupnya
Harus ada 2 orang, 1 orang sebagai juru lais, dan 1 lagi sebagai pemain lais (tidak membedakan jenis kelamin dan umur)
Tangan dan kaki Pemain lais diikat dan kepalanya ditutupi kain hitam supaya pemain tersebut tidak dapat melihat
Di luar keranjang disediakan pakaian tari yang masih dilipat rapi beserta make up nya
Pemain lais tersebut dimasukkan ke dalam keranjang
Keranjang beserta pakaian diluar keranjang tersebut ditutup menggunakan kain hitam
Juru lais membaca mantra
Dinyanyikan beberapa tembang jawa beserta gamelannya, perlahan kain hitam yang menyelimuti keranjang tersebut dibuka
Pemain lais tersebut sudah memakai pakaian yang disedikan dan keluar dari keranjang kemudian menari sesuai dengan tembang yang didengarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
artikelnya sangat bagus dan sangat membantu untuk mengingat masa-masa kecil yang mengasikan. mantap
BalasHapus