sug_rwuh

Senin, 07 Juni 2010

2. Tari Kuda Debog
Tari kuda debog merupakan tarian khas dari daerah Keji, di daerah Ungaran. Dulunya tarian ini merupakan permainan anak-anak setempat. Kerena pada waktu itu orang tua tidak mampu membelikan mainan, sehingga anak-anak mengambil pelepah daun pisang untuk dijadikan kuda-kudaan dan ditarikan. Tarian ini hampir sama dengan tarian kuda lumping. Hanya yang dijadikan kudanya adalah debog (pelepah pisang).
3. Tarian Keprajuritan
Tarian keprajuritan merupakan tarian yang dimainkan oleh para laki-laki dewasa dengan jumlah pemain bebas. Tarian keprajuritan banyak berkembang di Semarang. Di daerah Ambarawa, keprajuritan disebut juga dengan Soreng, sedangkan di daerah Salatiga disebut dengan Reog. Tarian ini menggunakan kostum prajurit keraton. Tari keprajuritan melambangkan kegagahan dan keberanian seorang prajurit yang sedang berlaga. Gerak tariannya diiringi dengan kempul dan gong. Pada saat tari dipentaskan, ada salah seorang penari yang menjadi pemimpin dalam tarian itu yang membawa peluit yang pada saat-saat tertentu akan ditiup. Dengan ditiupnya peluit tersebut menandakan pergantian gerakan. Pada zaman sekarang tarian ini dimainkan semata-mata untuk hiburan. Biasanya dipentaskan saat warga mengadakan hajatan atau peringatan hari-hari tertentu.

Gb. Tarian Keprajuritan
4. Tarian Kuda Blarak
Tarian ini hampir sama dengan tari kuda lumping, tapi yang menjadi ciri khas adalah kuda yang digunakan untuk menari terbuat dari daun kelapa (blarak). Kuda blarak ini hanya ada di desa Bejalen kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Yang memainkan adalah anak laki-laki. Tarian kuda blarak ini tercipta atas ide kepala dinas kebudayaan dan pariwisata setempat untuk menghidupkan kesenian yang ada di desa Bejalen sejak zaman dahulu. Dulunya anak-anak bejalen biasa mengambil daun kelapa atau blarak untuk bermain kuda-kudaan. Daun kelapa yang masih ada pelepahnya dianyam sehingga membentuk seperti kuda kepang, kemudian dimainkan bersama-sama. Dulu saat memainkannya tidak disertai dengan iringan music, namun hanya dengan nyanyian atau celoteh anak-anak tersebut. Sekarang kuda blarak sudah menggunakan iringan music bila ingin memainkannya.

Gb. Tarian Kuda Blarak
5. Tari Warak Dugder
Menjelang datangnya bulan suci ramadhan, di kota Sedmarang selalu diadakan tradisi Dugderan . dimana tradisi tersebut berasal dari kata Dug dan Der. Dug adalah suara bedhug yang ditabuh atau dipukul oleh Adipati Semarang, sedangkan Der dari suara meriam yang dibunyikan sebagai tanda dimulainya bulan suci ramadhan. Dan saat itulah masyarakat mengadakan arak-arakkan keliling kota dengan menampilkan warak yaitu boneka hewan rekaan beserta manger, serta adanya kerajinan dan mainan gerabah dari tanah liat. Hadirnya tari warak dugder adalah sebagai seni pertunjukan rakyat dengan gerak dan iringan semarangan, serta unsure garap yang terilhami dari berbagai etnis yang bermukim di kota Semarang seperti budaya Cina, Islam, Jawa dan kondisi alam seperti pantai, pegunungan, perniagaan serta berbagai peristiwa budaya lain yang hidup dan berkembang di kota Semarang.

Gb. Tarian Warak Dugder
6. Tari Denok Deblong
Tari denok deblong dalam kehadirannya merupakan nama dari sebuah tari gaya semarangan versi greget, yang terilhami oleh keberadaan alam kota Semarang yang memiliki pegunungan, perkotaan serta pantai dengan berbagai pengaruh kebudayaan baik dari Cina, Islam, Portugis, dll, seni klasik serta peristiwa budaya masyarakat Semarang, baik tata gerak rias dan busana. Denok yang berarti sebutan khas bagi remaja putrid kota Semarang, sedangkan Deblong adalah kata yang diucap oleh ibu atau biyung kepada anak perempuan ketika ditimang. Bermakna baik, yaitu tentang kecantikan, kepandaian dan sebuah harapan agar momongannya jadi putri yang berbakti kepada orang tua, agama, bangsa dan negaranya.
7. Tari Satria Yaksa
Bentuk tari klasik Jawa Tengah ini diangkat dari salah satu fragmen pada pertunjukkan wayang orang yang mengisahkan tentang perjalanan seorang satria ketika bertemu dengan raksasa atau cakil dimana hal tersebut merupakan sebuah penggambaran tentang tujuan baik kadang harus menghadapi berbagai rintangan dan hambatan yang harus teratasi. Dalam sajiannya, tarian ini sebagai patuladan bahwa sifat yang baik selalu unggul dari kedengkian dan kejahatan.
8. Tari Kuda Lumping
Yaitu tarian dengan menggunakan kuda dari kepang (bambu) yang diiringi oleh alat music gamelan. Tarian ini terdapat di seluruh eks karisidenan Semarang.
9. Tari Gambang Semarang
Tarian ini merupakan jenis tarian yang baru yang berkembang di Semarang.
Tarian ini biasanya ditarikan oleh pasangan muda-mudi. Gerak tarinya bersifat spontan dan menampilkan improvisasi dari para penarinya. Terdapat unsure kecinaan dalam tarian ini.laras gamelanya hamper sama dengan laras slendro yang telah dimodivikasi. Instrument yang digunakan antara lain kendang ketipung, boning barung, kempul, kecrek, rebeb, suling, trompet. Gambang semarang berfungsi sebagai tari pergaulan untuk hiburan pada waktu pesta perkawinan atau acara pesta lainya.
10. Tari Bedhaya Tunggal Jiwa
Tari Bedhaya Tunggal Jiwa adalah salah satu tarian yang turut memeriahkan acara grebeg besar di Kabupaten Demak. Disajikan sebelum acara penjamasan dan sesaat setelah laporan Lurah Tamtama kepada Bupati. Jumlah penari sembilan orang wanita, dihubungkan dengan simbol jumlah sembilan wali di Jawa, selain itu juga berkaitan dengan makrokosmos dan mikrokosmos ( alam raya dan isinya ). Tari Bedhaya Tunggal Jiwa ini dipentaskan dalam waktu kurang lebih 15-20 menit.
Tari Bedhaya Tunggal Jiwa hanya berperan untuk memberikan warna baru dan sebagai aset pariwisata. Sehingga fungsi dari Tari Bedhaya Tunggal Jiwa adalah sebagai upaya pengembangan yang diharapkan dapat menopang kebudayaan tradisonal. Sedikit penjelasan tersebut diatas dapat kita ketahui bawa tari Bedhaya Tunggal Jiwa mengalami proses yang sama, yaitu adanya perkembangan – perkembangan dalam setiap kali pementasan. Dari perkembangan tersebut mengakibatkan adanya perubahan yang mempunyai pengertian menuju ke arah kemajuan ataupun kualitas dari hasil kreatifitas seni. Perkembangan yang ada ini tidak hanya pada perkembangan struktur gerak namun lebih pada ide pokok pemikiran yang pada akhirnya akan dapat membawa nama baik maupun identitas dari masyarakat Demak. Melalui perkembangan ini dimunculkan nama, bentuk, warna kostum dan pola lantai maupun hitungan alur gerak. Sehingga tersusunlah nama tari yang dulunya dari Bedhaya Tunggal Jiwa menjadi Bedhaya Santi Mulyo. Dimana tarian tersebut sama sekali tidak terkait dengan proses ritual yang tradisi namun lebih mengacu pada nilai – nilai yang terkandung dalam proses ritualitas masyarakat Demak khususnya acara Grebeg Besar di Demak.
Dari beberapa aspek tersebut terdapat suatu fenomena yang menarik untuk mengungkap proses kreatif yang mempengaruhi munculnya penciptaan Bedhaya Tunggal Jiwa. Tarian tersebut muncul sebagai akibat dasar atas adanya kesepakatan masyarakat di Demak. Dimulai dengan munculnya tari/ beksan Srimpen yang dibawakan oleh empat penari wanita dengan serangkaian bentuk gerak sederhana, terdiri dari maju beksan, beksan, dan mundur beksan. Gerak – gerak yang dipakai diambil dari gerak tari tradisi gaya Surakarta dan Yogyakarta, seperti misalnya sembahan, laras sawit, golek iwak, lung manglung, engkyek, sekar suwun, lincak gagak, lembehan, ridhong sampur. Tari Srimpen memiliki keunikan tersendiri yaitu dengan menggunakan tasbih berukuran besar warna hitam sebagai properti. Tasbih tersebut dipakai saat beksan peperangan. Maksud yang disampaikan yaitu sebagai simbol bahwa Demak merupakan salah satu kota yang bisa disebut menjadi kota Wali. Hal tersebut terbukti dari lika- liku perjuangan Wali Sunan Kalijaga saat menyebarkan agama Islam di Kabupaten Demak.
Tari Srimpi/Srimpen ini ditampilkan pada Grebeg besar tahun 1986 sampai pada dua tahun berikutnya yang kemudian jumlah penari ditambah menjadi sembilan penari wanita. Sejak saat itulah tari srimpi berubah nama menjadi tari Bedhaya TunggalJiwa.
Tari Bedhaya Tunggal Jiwa hadir dalam Grebeg Besar dan sesuai dengan tujuan penyusunan tari ini untuk memberikan warna baru dalam Grebeg Besar Demak. Gerak dan karakter yang dibawakan oleh penari adalah sama dan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Disertai dengan motif gerak peralihan srisig, kengser, sindhet, ukel karno dan lain sebagainya. Rias wajah yang digunakan yaitu rias cantik dengan kostum dodot alit. Tari Bedhaya Tunggal Jiwa dalam penyajiannya tetap menggunakan tasbih sebagai properti disamping sebagai simbol alat berdzikir bisa juga sebagai alat penangkal bala atau godaan setan.
11. Tari Jipin
Jipin bergandengan dengan rebana jumlah menurut situasi tempat. Berfungsi sebagai komunikasi dengan masyarakat. Dilakukan saat ada perayaan, sunatan, sedekah bumi. Dilakukan oleh remaja masjid.
12. Tari Bondan
Tari Bondan adalah tarian yang menggunakan boneka dan payung, tarian ini menggambarkan seorang ibu yang sedang menggendong dan merawat ‘ngemi-ngemi’ anaknya.
Tari Gendot
Tari gendot merupakan salah satu tarian khas di kabupaten Kendal, tepatnya di desa manggungmangu kecamatan Plantungan. Di daerah ini tarian gendot dilakukan ketika ada upacara-upacara adat tertentu dan pesta-pesta. Seperti ketika upacara Nyadran Deso, dalam upacara ini tarian Gendot disajikan bertujuan untuk menghormati roh leluhur atau roh penunggu di tempat-tempat tertentu di kecamatan Plantungan. Tarian ini juga diadakan ketika pesta-pesta, seperti pesta pernikahan. Di dalam pesta pernikahan, tarian disajikan setelah upacara pernikahan selesai. Tepatnya sebagai hiburan para tamu undangan dan keluarga.
Tari gendot terdiri dari 3 atau lebih penari, penari disini semuanya wanita. Dalam tarian ini diiringi gamelan sederhana yang dimainkan oleh 3 atau lebih orang. Selain upacara dan pesta-pesta, tarian ini juga dapat dijadikan sebagai lahan pendapatan masyarakat di desa Manggungmangu kecamatan Plantungan. Pada waktu-waktu tertentu, sekelompok penari berjalan mencari seorang yang mau membayarnya. Dalam hal ini penari hanya memberikan paket jam. Setelah paket habis, penari beserta kelompoknya mencari orang lagi yang mau nanggap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar